Breaking News

Selasa, 26 April 2011

Cerita Penambang Pasir

        Beberapa puluh tahun yang lalu , ada seorang anak kecil namanya Rusli Bintang. Umur  10Tahunan. Rusli Bintang adalah seorang anak kecil pekerjaan nya setiap hari penambang pasir.  Dengan tangan kecilnya setiap hari Rusli Bintang ini menambang pasir di Louksmawe. Ada satukejadian yang membuat  saya meneteskan air mata.  Bahwa dulu Rusli Bintang punya adik  perempuan,  adiknya harus menerima nasib,  bahwa adiknya tidak bisa melanjutkan sekolah.


      Persis dimalam besoknya  UJIAN. Sang adik yang selama  ini merintih kepada kakaknya. “  Kak....ade ingin ikut ujian....Kak...Ade ingin ikut  ujian...Kaaak,,,Ade ingin ikut  ujian “  Dan Rusli Bintang dengan tidak mampunya, kemudian Rusli Bintang menghibur  adiknya. “  Ya sudah, kita memang KELUARGA MISKIN, kakak juga emang si penambang pasir. Mau gimana lagi. Ade terima lah nasib sebagai ORANG SUSAH”.  Begitu kata si Rusli Bintang lecil. Dimalam besoknya menjelang Ujian.  Adiknya Rusli Bintang  yang tidak bisa mengikuti ujian  jatuh sakit.

      Ketika sakit, ternyata  terbawa ke alam bawah sadar adiknya  Rusli Bintang.  Adiknya Rusli Bintang  tidak bisa mengikuti UJIAN di sekolah. Sehingga dalam demam tingginya, dalam  panasnya yang tinggi. Adiknya Rusli Bintang merintih...”Kak....Ade ingin ikut  ujian....Kak...ade ingin ikut  ujian “.  Dan esok paginya,  Rusli Bintang mendapati adiknya dalam keadaan tidak bernyawa alias  sudah di panggil oleh sang Maha Kuasa.

Ini adalah cerita Ruli Bintang  yang pekerjaannya sebagai penambang pasir sehari-harinya.  Rusli Bintang di pagi hari mendapati  adiknya sudah dalam keadaan tidak bernyawa.  Satu malam berikutnya setelah kematian adiknya Rusli bintang. Rusli Bintang kemudian meradang, Rusli Bintang kemudian bertekad dalam hatinya.. Rusli Bintang  pergi ke sebuah mushola kecil di dekat  rumahnya.  Di dalam mushola Rusli Bintang  berDOA  : Ya Allah........Kalau Engkau  memperkenankan  aku menjadi orang kaya.  Aku tidak akan pernah membiarkan satupun anak yatim  yang keliatan  oleh ku”.

      Itu DOAnya Rusli Bintang di kabul oleh Allah SWT.  Rusli Bintang kemudian tumbuh dewasa,  Rusli Bintang  menjadi seorang pengusha, menjadi seorang kontraktor besar, dan saat  ini Rusli Bintang MEMBINA RIBUAN ANAK YATIM  di Banda Aceh.


Catt : Cerita ini saya kutip dari pengajiannya Ust. Yusup Mansur “  SEDEKAH ITU UNTUK KITA”

Read more ...

Pemimpin yang Takut kepada Pihak Asing

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Tekanan pihak asing pada semua kebijakan pemerintahan kita tidak hanya terjadi pada hari ini. Tekanan ini adalah bagian utuh dari rangkaian pola dan modus penjajahan (kolonialisme) asing terhadap negeri Islam yang belum selesai-selesai juga sampai sekarang.
Kalau kita berpikir bahwa tanggal 17 Agustus 1945 kita sudah sepenuhnya merdeka, maka silahkan kecewa. Karena kenyataannya, kemerdekaan itu tidak bulat seutuhnya. Kemerdekaan itu hanya pada tataran formal dan juridis saja. Bedak dan lipstiknya memang merdeka. Tapi isi perutnya masih saja terjajah. Ya, pada hakikatnya negeri kita tercinta ini masih dijajah.

Hanya modusnya memang beda. Belanda dan kekuatan asing itu memang hengkang secara fisik dari negeri ini. Tidak ada tentara asing berkeliaran di negeri kita. Secara formal kita punya bendera, lagu kebangsaan, batas wilayah, bahkan punya pemerintahan.
Tapi,
Apalah artinya semua itu kalau mentalitas para penguasanya hanya boneka dan budak yang kerjanya setiap hari membungkukkan badannya kepada kekuatan asing itu?
Apalah artinya lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan kalau para pejabatnya sibuk menjual semua asset bangsa?
Kelemahan kita pada hakikatnya pada mentalitas sebagian penguasa lokal, yang entah bagaimana caranya, seolah bekerja demi kepentingan asing. Entah apa motivasinya, apakah takut, ataukah karena memang mentalnya mental inlander. Rasanya, alasan kedua ini yang lebih dominan.
Mentalitas Inlander
Kalau kita kembali kepada sejarah bangsa ini, sejak awal mula penjajahan ketika dahulu VOC masuk dan merampas kekayaan alam lewat permainan dagang yang curang, kita sudah menyaksikan banyak pihak yang bermental inlander ini.
VOC tidak akan 'sukses' menjajah negeri ini kalau tidak dibantu oleh para pamong dan penguasa lokal yang ikut memberi jalan masuk bagi para penjarah, demi sekedar mendapat keuntungan yang sangat kecil.
Belanda tidak akan menjajah kita sampai 3, 5 abad kalau tidak karena adanya kacung-kacung lokal yang mau saja diperdaya, diperalat dan dijadikan kaki tangan penjajah. Mereka, para kacung itu, memang dibutuhkan, bahkan kalau perlu diternakkan, agar nantinya siap bermitra dengan para penjarah.
Setidaknya menjadi jaminan atas langgengnya upaya kecurangan para penjajah. Mental-mental semacam inilah yang hari ini terjadi lagi sebagai pengulangan sejarah.
." Tapi pada akhirnya dia malah terjungkal oleh konspirasi kekuatan asing.Memang benar dahulu kita punya pemimpin besar sekelas Bung Karno yang masyhur dengan jargonnya, "
Mafia Berkeley
Salah satu sumber masalah buat negeri kita ini adalah adanya mafia di level para penentu kebijakan poitik dan ekonomi. Di antaranya yang disebut dengan mafia Berkeley.
Mafia ini memang diciptakan oleh para penjarah di Amerika berupa pusat pendidikan dan perguruan tinggi. Antara lain Universitas Berkeley, Cornell, MIT (Massachusette Institute of Technology), Harvard dan lainnya. Berbagai perguruan tinggi yang menjadi favorite ini ternyata merupakan sarang dan dapur CIA untuk mencekokkan ilmu-ilmu liberal. Termasuk menjadi pusat untuk meng-Amerika-kan para mahasiswa yang datang ke negeri itu (termasuk Indonesia) dan menggemblengnya menjadi agen dan kaki tangan Amerika yang setia.
Bahkan sebenarnya menurut David Ransom, bebagai perguruan tinggi itu pada hakikatnya hanya kedok saja. Isinya tidak lain adalah wadah bagi CIA untuk melakukan cuci otak. Luar biasa bukan?
Para mahasiswa jebolan Berkeley dan yang lainnya, setelah mendapat gelar Phd dan sejenisnya, kemudian pulang negeri kita dan berkerumun di sekitar pusat kekuasaan dan menguasai berbagai Fakultas Ekonomi. Tujuannya, selain menjadi penyambung lidah Amerika, memelintir cara berpikir bangsa, juga mengambil alih kebijasanaan negara dalam masalah ekonomi.
Mafia ini kemudian duduk menjadi pejabat yang paling menentukan arah langkah kebijakan ekonomi di negeri ini. Semua jabatan menteri di bidang perekonomian dikuasai, siapa pun yang jadi presidennya. Jabatan Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Bapenas, Penanaman Modal Asing, Menteri Perindustrian, Dirjen Pemasaran dan Perdagangan, dan jabatan penting lainnya adalah tempat yang paling strategis untuk menjalankan agenda kolonialisme Amerika modern di negeri kita.
Untuk itu, semua pejabatnya harus orang-orang yang sangat mengabdi buat kepentingan Amerika, setidaknya harus sudah dicuci otaknya di berbagai perguruan tinggi di negeri Paman Sam itu.
Sebagian pengamat mengatakan bahwa Istilah PELITA dan REPELITA yang akrab di telinga kita sejak masa rezim Soeharto, adalah hasil godokan team ini.
, Indonesia adalah anugerah terbesar buat Amerika.Keberadaan mafia Berkeley ini merupakan bentuk implementasi dari ungkapan Ricahrd Nixon, Presiden Amerika di tahun 1967 tentang Indonesia yang sedang dinikmati hasil jarahannya. Nixon mengatakan bahwa Indonesia adalah "
Anugerah?
Ya, anugerah yang terbesar untuk dijarah, karena tanpa perlawanan apapun, tanpa repot mengirim pasukan, tanpa ba dan bu, para pejabatnya siap mempersembahkan semua kekayaan alam kepada kepentingan komprador negeri Paman Sam itu. Termasuk pada akhirnya mengobral murah 44 BUMN yang dengan susah payah dibangun oleh putera puteri terbaik bangsa ini.
Prestasi mafia ini memang luas biasa. Salah satu jerih payah mereka antara lain adalah kontrak-kontrak kerja yang sangat merugikan bangsa. Nyaris tidak ada kekayaan alam negeri ini yang disisakan lagi.
Entah bagaimana ceritanya, di Papua ada emas sebesar gunung yang kemudian tiba-tiba menjadi milik Amerika 100%. Indonesia tidak dapat apa-apa kecuali remah-remah roti buat para pejabatnya yang konon semakin kaya saja.
International Nickel tiba-tiba berhasil mendapatkan hak eksklusif di Sulawesi. Harta terpendam bangsa Indonesia itu tiba-tiba jadi milik asing, kita tidak disisakan sedikit pun.
Alcoa juga mendapat jatah yang lain, yaitu hak untuk menjarah hasil alam Indonesia berupa bauksit.
Weyerhaeuser, International Paper, Biose Cascade dan perusahaan kayu dari Jepang, Korea, dan Pilipina menebangi kayu-kayu di hutang Kalimantan, Sumatera, dan Irian.
Namun hadiah terbesar adalah minyak bumi. Pada tahun 1969, 23 perusahaan minyak telah mengajukan proposal untuk mendapatkan hak melakukan eksplorasi, eksploitasi dan menjual minyak di bawah laut perairan Indonesia. Dari 23 perusahaan itu, 19 di antaranya perusahaan Amerika.
Mental Terjajah
Semua kegagalan bangsa di atas berikut kebangkrutannya itu, tidak akan terjadi kalau mental bangsa ini, termasuk penguasanya, tidak terjajah. Tetapi sayangnya, itulah realita mental kita dan juga mental para penguasa kita. Tidak berani bilang tidak, ketika dipaksa-paksa bilang iya.
.Sebagai perbandingan, tidak ada salahnya kalau kita melirik tetangga kanan kiri. Beberapa negara miskin lainnya sebenarnya bernasib tidak jauh beda dengan kita. Bedanya, mereka tidak terlalu lama tidur, ada waktunya mereka bangkit dan menegakkan kepala, lalu bilang kepada para penjarah internasional itu sebuah kata tegas:
Malaysia
Malaysia kini telah bangkit perekonomiannya, setelah sebelumnya mau di-Indonesia-kan. Pak Mahathir, lepas dari urusan politik dalam negerina, boleh dibilang sangat banyak jasanya dan patut dicontoh untuk urusan menolak penjarahan asing.
Malaysia patut ditiru ketika mereka tidak mau tunduk kepada dukun palsu IMF, World Bank atau WTO, bahkan termasuk Soros, si lintah darat itu. Dan hasilnya luar biasa.
Angka kemiskinan menurun drastis dari 25% hingga kini tinggal 5%. Penghasilan perkapita meninggak tiga kali lipat. Kini sekitar 10 ribu dolar. Industri dalam negeri mereka maju. Bahkan sudah punya produk mobil nasioal yang 100% murni, bukan seperti kita yang konon namanya mobil nasional, ternyata turun dari kapal sudah bisa hidup mesinnya.
Bolivia
Setelah menasionalisasi semua aset negara, pendapatan Bolivia di tahun 2006 melonjak 6 kali dari sebelumnya di tahun 2002.
Akhirnya para penguasa negeri di Amerika Latin itu bangun dari tidurnya. Mereka menyadari betapa selama ini mereka dikibuli habis-habisan oleh penjarah dari Amerika dan negeri asing lainnya.
Akhinya dengan semua keberanian dan kelelakian, semua perusahaan asing yang bercokol di negeri itu, seperti Exxon Mobile, Total milik Perancis, Repsol milik Spanyol, termasuk British Petrolium dan lainnya hanya diberi pilihan, ikut aturan baru mereka atau silahkan pulang kampung.
Maka perusahaan asing itu tidak bisa bilang apa-apa. Mereka tahu siapa yang jadi bos: Whos The Boss. Ternyata bukan mereka tapi penguasa negeri itu yang jadi bos. Mereka harus taat, patuh dan tunduk kepada kebijakan jantan penguasa negeri itu, kalau masih mau hidup. Luar biasa bukan?
Ecuador
Yang juga perlu ditiru adalah tindakan berani Presiden Ecuador, Rafael Careera, yang tidak memperpanjang kontrak pangkalan militer Amerika di Manta tahun 2009.
Perhatikan syarat yang diajukan pak Careera itu. Kalau Amerika masih mau berpangkalan militer di Ecuador, silahkan saja. Asalkan Amerika juga harus rela wilayah negerinya juga dijadikan pangkalan militer Ecuador di Miami, wilayah Amerika Serikat.
Jadi seimbang, sederajat, setara dan resiprokal. Tidak berat sebelah sebagaimana kebijakan para peabat kita yang membolehkan militer Singapura masuk ke wilayah kedaulatan kita.
Asal tahu saja, negara kita telah menandatangani perjanjian sangat tidak seimbang dengan Singapura, sehingga tentara negeri agen Zionis itu bebas main perang-perangan dengan peluru tajam di Indonesia, seperti Wilayah Alfa I, Alfa II, Bravo, dan Baturaja. Bahkan dibolehkan mengundang pihak ketiga dari negara lain. Gila kan?
Apa Kabar Presiden Kita?
Jadi kalau kita mau pilih Presiden lagi nanti, itu pun kalau masih mau, satu saja syaratnya. Apakah si calon presiden itu berani bilang TIDAK kepada Amerika dan penjajah asing? Beranikah dia mengusir pergi semua perusahaan asing yang kerja menjarah itu? Beranikah dia bubarkan mafia Berkeley di pemerintahannya?
Apa pun janji-janji gombalnya, selama masih membungkuk-bungkuk dan mencium jempol kaki Amerika yang bau itu, percuma saja kita punya pemerintahan baru. Kita hanya akan kejeblos di lubang yang sama. Apesnya, bukan untuk yang kedua kalinya, tapi untuk yang kesekian kalinya. Kebodohan yang selalu saja berulang. Bodoh atau memang gila, agak kurang jelas memang.
Menggebuk FPI: Order Pihak Asing
Kalau sekarang FPI lagi digebuki, diprovokasi, lalu pecah bentrok, kemudian ditangkapi, jelas sekali semua itu adalah order dari pihak asing. Jelas ada banyak kepentingan di dalamnya. Mulai dari masalah Ahmadiyah yang memang sangat dilindungi oleh zionis dan Amerika, hingga urusan ketaatan para penguasa terhadap penguasa asing.
, kompak, se-iya sekata, untuk menyalah-nyalahkan FPI.' dan Bahkan yang paling menyedihkan, order itu masuk juga ke pihak media di negeri ini. Ingat-ingatlah, sejak kejadian Ahad di Monas pekan lalu, nyaris semua TV nasional di negeri ini secara
Siapa saja yang menonton TV selama sepekan ini, kalau otaknya kurang cerdas akan berkesimpulan sederhana: Pokoknya FPI itu biang kerok, pokoknya FPI itu harus dibubarkan, pokoknya aktifisnya harus ditangkap. Dan seribu pokoknya yang lain.
Padahal sangat jelas semua itu pesanan asing. Dan yang paling konyol serta menyakitkan hati, masih ada saja oknum dari bangsa kita sendiri yang mau-maunya diperintah melakukan kekejian hanya sekedar membuktikan bahwa dirinya adalah anjing yang setia kepada tuannya.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Read more ...

Seberapa Efektif Engkau Menjadi Guru?

Tentang niat menjadi guru, insya Allah, sedikit yang boleh diragukan. Apa lagi guru-guru di Sekolah Islam Terpadu seperti tempat saya mengajar, tentang ketulusan niat cukup dapat dijamin. Seperti juga dalam menjalani setiap sisi kehidupan lainnya, FINAL GOAL menjadi guru jugalah untuk memperoleh ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tanpa tujuan besar ini, sia-sialah semua.

Mengenai akhlak mulia, pekerti luhur, perilaku yang baik, sikap lemah lembut dan kasih saying, para guru juga harus terus meningkatkan kualitasnya. Hal ini menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Guru benar-benar berfungsi sebagai pendidik yang mampu membentu karater positif anak-anak didiknya. Tidak sekedar urusan ajar-mengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan.



Akan tetapi menjadi guru yang baik saja belum cukup. Kita juga perlu menjadi guru yang efektif. Intinya, bagaimana kebaikan-kebaikan yang dimiliki seorang guru, berikut keilmuan yang dimiliki dapat benar-benar tertransfer kepada anak didik.

Barangkali engkau masih ingat tentang survey yang penah aku lakukan terhadap murid-muridku di kelas enam. Dua pertanyaan inti yang saya berikan; siapa guru paling disukai dan siapa guru paling profesional menurut mereka. Pertanyaan pertama saya maksudkan untuk mengetahui kategori guru yang baik – dalam hal ini adalah kepribadian guru –  , sedang pertanyaan kedua untuk mengetahui guru yang baik dalam mengajar.

Saat ini, guru yang baik menurut anak memang mencakup dua hal tersebut; baik pribadinya, juga baik dalam mengajar. Baik pada satu sisi saja sungguh tak cukup. Kurang pada sisi pertama, anak didik mungkin akan menjadi siswa-siswa cerdas, cemerlang dan berprestasi, akan tetapi buruk dalam kepribadian. Barangkali menjadi pemarah, pemurung, gampang menyerah, atau bahkan berbuat kriminalitas. Sedang bila kurang pada sisi kedua, anak-anak dapat terbentuk dalam hal kepribadian yang baik, akan tetapi tertinggal, bodoh. Tentu saja, pembagian ini tidak mutlak, sebagaimana pembagian otak kanan dan otak kiri. Keduanya sesungguhnya saling menyokong dan mempengaruhi. Maka keduanya memang harus seiring sejalan.

Nah, kini saatnya melihat sisi kedua. Seberapa baik kita dalam mengajar? Seberapa efektif?

Banyak ilmu yang kita perlukan agar menjadi guru yang efektif. Mulai dari penguasaan materi, kepandaian berbahasa, baik bahasa verbal maupun non verbal, kesanggupan untuk bersikap tegas, kemampuan menyesuaikan diri dengan dunia anak didik, variasi cara mengajar, hingga kemampuan untuk mengatas permasalahan-permasalahan terkait anak didik.

Menurut Agus Sampurno seorang yang membidangi training keguruan, salah satu kunci utama menjadi guru efektif adalah sikap tegas dan konsisten. Guru tak boleh plinplan. Ketika sudah bila “ya”, ya selamanya harus “ya”. Begitu pun sebaliknya. Kecuali guru memang melakukan kesalahan yang harus dikoreksi. Maka, kesepakatan-kesepakatan bersama yang telah dibuat di kelas misalnya, selalu harus diterapkan. Reward harus diberikan kepada yang berhak, punishment pun dijatuhkan kepada yang bersalah.

Perlu diperhatikan, bahwa untuk menjadi guru yang tegas, bukan berarti harus galak. Keduanya bukan hal beririsan, apa lagi sama dengan. Menjadi guru yang tegas berarti mampu mengendalikan dan merubah perilaku anak, sedang menjadi guru yang galak hanya berarti hendak menunjukkan siapa yang berkuasa.

Nah, sudahkah kita menjadi guru yang efektif? Mari terus BELAJAR! Menjadi murid dulu sebelum jadi guru.


Artikel ini, dalam bahasa Hernowo, saja PINJAM dari pikiran-pikiran Agus Sampurno dalam ToughLove di blog GuruKreatif-nya.


catatan: Rahman Hanifan Semakin Dahsyat
Read more ...

Meraih Ridha Allah Dengan Tiga Perkara

“Bukti paling nyata atas kesempurnaan akal seseorang adalah pujiannya kepada teman sejawat; bukti paling nyata atas kerendahan hati seseorang, kerelaannya untuk diakhirkan di tempat yang semestinya ia berhak didahulukan; dan bukti paling nyata keikhlasan seorang hamba ialah tidak menghiraukan dalam membuat marah makhluk dalam membela kebenaran.”
(Imam Abdullah Al-Haddad)

KESEMPURNAAN AKAL
Saat seseorang mendapati teman yang selalu memberi kritik membangun, dan ia senang dengan hal itu, petanda kesempurnaan akal. Sebaliknya, pada saat ia dikritik ia tidak mau menerima, itu artinya ia menganggap pendapatnya yang terbaik, ingin menang sendiri, egois, selalu mencari kesalahan orang lain dan selalu hendak menjadi nomor satu, meskipun ia tak layak.
Seharusnya, pendapat dari siapapun tidak boleh dipandang sebelah mata, harusnya dipikir masak-masak, ambil yang baik dan tinggalkan selainnya. Orang lainlah yang lebih bisa meneliti diri kita ketimbang diri kita sendiri. Ibarat seorang yang baru terjaga dari tidurnya, lantas diingatkan, “Matamu ada kotorannya.” Atau orang yang berkata, “Pakainmu kurang rapi.” Hal demikian ini jangan dipandang sebagai upaya menjatuhkan harga diri. Mestinya ia berkata, “Terima kasih, kamu temanku yang paling perhatian kepadaku.”
Kesempurnaan seseorang akan terbukti jika ia mau mengakui keunggulan teman sebayanya. Ingat, kalau ia merasa unggul dari orang lain, dia adalah orang yang bodoh. Selain itu, ini juga suatu isyarat hendaknya kita dalam segala hal mendasarkannya dengan prasangka baik. Sikap semacam penting digaris bawahi agar tidak melihat semua orang sebagai lawan, semua orang jelek. Husnuddzan kepada hamba termasuk perangai terbaik.  Nabi SAW bersabda:
Ø®َصْÙ„َتاَÙ†ِ Ù„َÙŠْسَ بَÙŠْÙ†َÙ‡ُÙ…َا Ø®َÙŠْرٌ Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ…َا: Ø­ُسْÙ†ُ الظَّÙ†ِّ بِاللهِ ÙˆَØ­ُسْÙ†ُ الظَّÙ†ِّ بِعِباَدِ اللهِ
“Ada dua perangai dimana tidak ada yang lebih baik dari selainnya: baik sangka kepada Allah dan kepada hamba-hambaNya.”
Bagaimana bentuk berprsangka baik kepada Allah? Ambil misal, hari ini pasaran kita lagi seret, toko mengalami kemerosotan omzet. Kita berucap, “Allah menghendaki aku untuk lebih banyak memohon kepada-Nya sekarang. Hari ini tak ada pembeli, mungkin besok ada. Yang jelas Allah ingin menguji kesabaranku dan ridhaku kepada-Nya.”
Akan tetapi, ada sebagian orang yang mendapati rezeqinya seret berkata, “Kenapa si Allah tidak membuat tokoku laris padahal aku tadi sudah salat, apakah Allah sudah tidak suka kepadaku, benci kepadaku?” Bandingkan dengan misal berikutnya, ketika kita sedang sakit, pergi ke dokter dengan berprasangka baik sekalipun si dokter mengeluarkan jarum suntik. Tapi berhubung kita sudah yakin dengannya, kita mantap saja bahwa dokter tidak mungkin mencelakakan, ia ingin mengobati. Kenapa hal demikian tak terwujud kepada Allah. Inilah yang dinamakan Husnuddzan kepada Allah.
Yang kedua husnuddzan kepada para hamba Allah. Allah SWT. berfirman:
ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ Ø¢َÙ…َÙ†ُوا اجْتَÙ†ِبُوا ÙƒَØ«ِيرًا Ù…ِÙ†َ الظَّÙ†ِّ Ø¥ِÙ†َّ بَعْضَ الظَّÙ†ِّ Ø¥ِØ«ْÙ…ٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa…” (QS. Al-Hujurat: 12)
Berangkat dari ayat ini, kita dilarang bersikap apriori kepada orang lain, baik saat ia mengkritik atau menasihati. Tentunya, tidak untuk semua orang bisa kita sangka baik. Ada saatnya kita harus waspada khususnya dalam hal ini kepada orang-orang Nashrani, Yahudi, kaum Kafir, betapapun baiknya. Prasangka itu ada yang bagus tapi kebanyakan jelek.
KERENDAHAN HATI
Bukti nyata kerendahan hati misalnya, ada seorang pejabat.  Seharusnya ia ditempatkan di tempat yang terhormat namun ternyata ditempatkan di tempat yang bukan selayaknya untuk orang sekelas pejabat, tapi ia tidak marah, berarti ia orang yang rendah hati. Ia rela menerima perlakuan demikian, maka itu bukti jelas dari ke-tawadhuan-nya. Tidak semua orang bisa seperti ini. Orang semacam ini disinggung oleh Nabi, “Tidaklah seorang hamba ber-tawadhu` karena Allah kecuali diangkat derajatnya oleh-Nya.”
Contoh sikap rendah hati Nabi SAW bahwa diriwayatkan beliau makan bersama para sahabatnya. Sudah pasti tempat Nabi SAW paling istimewa. Di sela-sela pejamuan itu, ada seorang peminta, orang yang sudah tua sekali saking tuanya tidak bisa mengurus badan hingga mengeluarkan aroma tak sedap. Ia datang minta makan. Pengemis tersebut diizinkan masuk dengan disambut oleh Rasululah dengan sambutan luar biasa seakan-akan beliau hendak memangkunya. Saat itu, ada seorang keturunan Quraish merasa jijik melihat pnegemis tua yang kelaparan tadi. Ia dihukum dengan dipanjangkan usianya seperti umur orang tua itu yang orang-orang merasa jijik darinya.
Diriwayatkan, bahwa Rasulullah berjalan di sebuah kampung. Di situ beliau mendapati perempuan menangis di kuburan anaknya. Kata Rasul menasihati, “Hai perempuan, jangan begitu, bertakwalah pada Allah dan bersabarlah.”
“Kamu memang tidak kena musibah, sedang aku ditinggal mati anakku yang kusayang,” timpal perempuan yang tak mengenali sosok Nabi. Ditegurlah oleh sahabat yang melihat kejadian itu, “Apa kamu tahu siapa dia? Dia Muhammad Rasulullah.” Datanglah ia ke rumah Rasululah, “Ya Rasululah, saya tidak tahu kalau Anda yang nasihati, saya minta maaf.”
“Tidak masalah, tapi yang terpenting itu, kamu bersabar pada saat terjadinya musibah yang pertama.”
Habib Saleh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul), juga patut dicatat dalam soal rendah hati. Bukan hal baru jika rumahnya sering dijujuki para tamu dari berbagai daerah. Pada jam dua, salah satu tamunya mau buang air kecil, di muka rumah Habib Saleh ada dua kamar mandi, waktu itu belum ada listrik. Ternyata di kamar mandi ada orang mengenakan kaos dan sarung sedang menimba air untuk kolam kamar mandi. Dilihat ternyata Habib Saleh dan beliau wanti-wanti kepada tamunya yang memergoki beliau untuk tidak bilang ke siapapun. “Tidur kembali ke kamarmu dan g usah ngomong-ngomong,” kata Habib Saleh. Paginya, Habib Saleh dengan pakaian rapi, menerima tamu dengan penuh keramahan hingga membuat tamu yang semalam terbengong-bengong heran melihat sikap beliau yang begitu sederhana.
Keikhlasan
Bukti nyata keikhlasan ialah tidak mencari ‘muka’ pada makhluk, tidak mencari ridhanya makhluk ketika dia membawa kebenaran. Ikhlas, berarti tidak mengharapkan pujian, menjalankan kebenaran tanpa memperhatikan manusia itu senang atau tidak padanya. Seorang yang ikhlas tidak pernah berubah prinsip. Dalam Al-Quran diterangkan
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Ayat ini turun berkenaan seseorang yang berbuat amal saleh. Dalam hatinya ada dua harapan: amal karena Allah dan ingin dipuji oleh orang. Dengan kata lain, amalan orang ini belum berstatus ikhlas sebab masih ada embel-embelnya. Maka dari itu, bila seorang yang telah menunaikan haji merasa sewot bila tidak dipanggil, “Pak Haji, Bu Haji,” jelas belum sampai ke maqam ikhlas atau ustaz yang tidak dipanggil denga gelar ke-ustaz-annya.
Karenanya, jangan kita mencari ridha makhluk, yang penting kita terus beramal sesuai ajaran agama Allah. Jalani saja aktivitas ibadah. Lihat keluarga Nabi, Sayyidina Ali dan Fatimah yang dipuji oleh Allah karena keikhlasannya membantu orang lain, tidak mengharap ucapan terima kasih atau balasan selain dari Allah:
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 09)
Ikhlas, tawadhu`, dan husnuddzan (mengakui keunggulan teman sebaya), merupakan tiga pionir dalam mengisi hari-hari dengan kesalehan ritual maupun sosial. Dengan ketiganya, kita cucup ridha Allah, menyingkirkan rasa sombong, riya`, bangga diri  yang hinggap di hati.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 05).

Catatan Noero SayVhoedient
Read more ...

Gempa Cilacap

Cilacap kena gempa lagi,,,  cari-cari info di internet,, gempanya sampai kendal, berikut berita yang disalin dari Kompas.com


KENDAL, KOMPAS.com - Gempa berkekuatan 6,3 skalarikter sekitar pukul 13.40 wib, yang menimpa Cilacap, juga terasa di Kendal, Jawa Tengah. Gempa yang lamanya hampir 1 menit itu, sempat membuat beberapa pegawai negeri sipil (PNS), berlarian keluar kantor. Bahkan di antara mereka, ada yang harus berteriak karena ketakutan.


"Kami langsung berhamburan ke luar, setelah tahu lampu di atas bergoyang cukup kencang," kata Karyono, PNS Badan Kesatuan Kebangsaan Politik dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Kendal.

Ia mengaku, cukup terkejut ketika kursi yang ia duduki sedikit bergetar. Hal yang sama, juga diakui oleh Hendro Purnato, PNS Kesbangpolinmas yang lain. Hendro, mengaku kaget dan langsung berlari ke luar ketika mendengar teman-temannya pada berlari sambil berteriak. "Saya kaget ketika ada teriakan, gempa...gempa... saya pun langsung berlari," katanya.

Apa yang diakui oleh Karyono dan Hendro, juga diakui oleh Subarso. Kepala Bidang Politik di Badan Kesbangpilnmas itu, juga langsung lari ke luar ruangan saat merasakan getaran.

Gempa yang terasa di Kendal ini, juga mengejutkan beberapa wartawan yang sedang membuat berita di press room, jalan Sukarno Hatta Kendal. beberapa kuli tinta tersebut, berlarian keluar, ketika mengetahui meja komputernya sedikit bergoyang.

"Saya langsung lari keluar. karena kaget. Setelah getaran tidak terasa lagi, saya kembali ke ruangan. Lalu mencari beberapa informasi, dan tak lama kemudian saya dapatkan kalau ada gempa berkekuatan 6,3 skala rigkter di Cilacap," kata Prayudha, salah satu wartawan elektronik.




masih di Kompas.com, berikut juga berita kalo gempanya sampai di brebes...

BREBES, KOMPAS.com - Gempa yg terjadi di 120 kilometer barat daya Cilacap pada Selasa (26/4/2011) sekitar pukul 13.39 juga terasa hingga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Getaran gempa mengakibatkan masyarakat berlarian ke luar rumah dan kantor, seperti dilakukan para pegawai di lingkungan Pemkab Brebes. Mereka berhamburan menuju halaman kantor, setelah merasakan kursi yang mereka duduki bergoyang-goyang. "Saya tadi melihat kepala teman bergoyang-goyang, eh ternyata ada gempa," ujar Khayatun (48), staf Bagian Humas dan Protokol Pemkab Brebes.

Getaran gempa di Brebes terasa kurang dari satu menit. Berdasarkan informasi Kepala Stasiun Meteorologi Tegal, Sartono, gempa tersebut berkekuatan 6,3 skala richter. Lokasi gempa pada 8,6 derajat lintang selatan dan 108,36 bujur timur, dengan kedalaman 24 kilometer.

kalau mau tahu info tentang berita gempa tersebut,,, lihat di sini:
http://bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/terkini.bmkg
Read more ...

Selasa, 12 April 2011

DAN CAMAR PUN HARUS PULANG KE PANGKUAN MARCUSUAR

“Yaa ayatuhannafsul mutmainnah, irji’ii ilaarobbiki roodiyatanmardiyyah, fadkhuli fii’ibadi, wadkhulii jannati”
( Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,  masuklah ke dalam syurga-Ku )

Pagi yang cerah masih diselimuti embun semalam, di suatu sudut desa terpencil terdengar lantunan ayat suci Al-Quran yang tak begitu cantik nada-nadanya, suara khas lelaki tua yang sudah mulai menunjukkan wajah lelah terhadap kehidupan ini, kehidupan sebagai manusia yang tak selamanya perkasa. Lantunan bait-bait puisi  Tuhan yang ia bacakan menyusup ke setiap sela rerumputan yang selalu bertasbih atas kesucian Tuhan-nya. Menembus beningnya embun pagi dan membiaskannya menjadi nada-nada alam yang hanya bisa dimengerti oleh makhluk yang berkenan untuk membaca kekuasaan Tuhan.

Di kejauhan sana masih terdengar suara kokok ayam jago yang bersiap untuk menantang hari, menelusuri alam mencari rizki di bawah terik sinar mentari. Seekor ayam yang tak mampu berfikir, namun dengan kekuasaan-Nya tetap hidup dalam kegembiraan sebagai seekor ayam. Walaupun insting mencari makan dimiliki oleh setiap makhluk hidup, namun hanya manusialah yang berkelebihan untuk mencari rizki dengan tenaga dan otak.
Tak tertinggal ngengat-ngengat malam yang mulai risau dengan kehadiran sang mentari, sinarnya menggiring mereka untuk segera menepi ke rerimbunan semak belukar. Hukum alam harus tetap berlaku, kehidupan malam harus berganti dengan kehidupan siang. Perputaran bola dunia pun harus tetap berjalan. Ngengat harus tahu diri jika ia ditakdirkan Tuhan hanya untuk menghiasi malam. Hanya manusialah yang diberi kekuasaan oleh Tuhan untuk hidup di bawah naungan mentari dan di bawah belaian cahaya rembulan sembari bersujud mengesakan Asma-Nya. Nikmat Tuhan mana yang wajar didustakan, jika manusia diberi kekuasaan yang demikian lebihnya. Menguasai cerita dunia di semua sudutnya, di segala dimensi waktu dan disetiap perputaran jarum jam. Bandingkan dengan nasib ngengat-ngengat malam, dimanakah letak kisah mereka?
Demi Dzat Yang Tak Pernah Lupa. Tak ada ruang dan waktu untuk melupakan karunia-Nya. Karunia yang tak ternilai lebihnya. Nikmat hidup dalam kelengkapan sebagai makhluk terindah di muka bumi ini, yang haus dengan catatan kisah di masa mendatang. Bukan manusia jika ia tak mampu berfikir yang demikian. Manusia pun harus tahu diri seperti halnya ngengat yang mampu bertingkah laku benar dengan segala kekurangan.
            Lantunan ayat-ayat Al-Quran yang sedari tadi membelai jagat mulai menghilang dan kini berganti dengan suara kicauan burung kutilang di atas pohon nangka di samping rumah. Ia tetap bertengger di dahan hingga kutilang lain mengajak untuk terbang ke angkasa mencari kebebasan, kebebasan atas seekor burung. Kebebasan yang tak dimiliki oleh makhluk yang berfikir. Mereka harus tetap mengepakkan sayap agar tetap dapat disebut sebagai burung sejati, berkicau atas nama Tuhan-nya. Begitu juga manusia, harus tetap melangkahkan kaki menelusuri dunia sembari membaca ke-Esa-an Tuhan agar tetap dapat disebut sebagai manusia yang beriman. Maka, bersyukurlah menjadi makhluk yang berakal.
            Dia, bukanlah seorang yang masyhur apalagi berpunya. Dia juga bukan seorang yang berilmu apalagi bertahta. Dialah ayahku, ayah yang selalu menaungi setiap langkahku. Dialah ayahku, yang telah melantunkan kisah cinta terhadap Tuhan-nya dan dia pula lah yang telah membangunkanku dari mimpi buruk semalam, mimpi sebagai seorang anak yang tak tahu diri terhadap Tuhan-nya.
            “Rozi, bangun! Lihatlah sekelilingmu, tak malukah engkau dengan kisah si ayam jago yang selalu bersujud diawal waktu, ketika Tuhan telah menjadikan goresan tinta sang mentari menjadi hiasan alam raya ? Tak malukah engkau dengan ngengat yang telah bertasbih semalaman atas nama Kesucian Tuhan-Nya, kini giliranmu untuk menggantikan peran mereka? Ayo bangun, sang mentari sudah mulai menampakkan wajahnya anakku!”
            Hampir setiap hari ia membangunkanku dengan kalimat-kalimatnya yang penuh hikmah kasih sayang. Kalimat yang selalu membuatku berfikir, mengapa ia begitu sabar menghadapi tingkah lakuku yang tak dapat diterima oleh kebaikan milik orang banyak. Kebaikan yang belum dapat ku mengerti artinya.
            Dengan segala rasa kantuk, kupaksakan langkah kaki untuk bersegera mengambil air wudlu sedapatnya. Semua ini kulakukan dengan rasa yang tak dapat dikatakan penuh keikhlasan, hanya sebagai syarat menggugurkan kewajiban sebagai seorang muslim. Kubasuh muka penuh kekusaman ini tiga kali, agar aku mengerti apa arti sebuah keceriaan hidup. Kubasuh kedua lengan hingga batas sikut, agar aku mengerti manfaat kedua tanganku yang selalu menjamah barang-barang nista tanpa adanya pembatas. Kuusap jidatku yang isinya selalu kering dengan pemikiran hebat, agar rasa hausnya terobati oleh air suci ini. Kuusap pula kedua telingaku, agar ia tak lagi dipenuhi dengan suara-suara yang selalu menghujat nikmat-Nya dan kubasuh kedua kakiku, agar ia mampu berjalan di tengah kegersangan dunia ini dengan penuh keteguhan. Tuhan, dimanakah letak hikmah amalan-Mu ini bila aku tak mampu merasakan nikmatnya?
            Rasa kantuk hasil semalam, belum sirna walaupun air telah membelainya. Aku tertidur lagi, kembali pada mimpi buruk semalam. Mimpi yang tak kuharap menjadi kenyataan. Mimpi itu terlihat begitu nyata, hingga air mata tak mampu kubendung alirannya.
            “Rozi, lihatlah di angkasa terlihat serombongan burung pipit yang sedang menuju arah datangnya sinar mentari. Tak tahukah engkau jika mereka tidak mempunyai nasib sepertimu? Hari ini kau harus pergi ke asrama lagi, bukankah kemarin kau tak mendapatkan izin pulang dari asrama?” Seketika itu juga, pikiranku menuju asrama yang penuh dengan aroma kegelisahan bagi jiwa yang menginginkan kebebasan lebih. Aku harus segera bersiap-siap menantang apa-apa yang menghalangiku.
            Tepat jam tujuh pagi, kulangkahkan kaki ini dengan penuh keyakinan jika aku mampu untuk menaklukkan dunia. Menaklukkan segala mimpi-mimpi indahku dan menjinakkan mimpi buruk semalam.Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laakhaula wala kuwwata illabillahil ‘aliyyil ‘adziim.

***
            “Apa yang harus saya lakukan Pak Kiyai? Saya bukan orang yang berpunya, sedangkan anak saya memiliki cita-cita yang melambung ke langit tertinggi meluas hingga ujung dunia dan menjuantai sampai ke ufuk, untuk makan sehari-hari saja tak kepalang repotnya, saya merasa sudah sangat lelah untuk bekerja kasar Pak Kiyai”.
“Ketahuilah anakku, bahwasannya tak ada hal yang menyulitkan bagi Tuhan untuk mengurus seluruh makhluknya dalam sekali waktu. Adapun cita-cita anakmu itu merupakan bagian dari kekusaan-Nya. Lantas apa yang kau risaukan wahai anakku? Bersegeralah kau mencari rizki yang tercecer di jalanan, yang tak dihargai lagi oleh kebanyakan manusia. Ambillah ia sebagai jalan rizkimu, walaupun pekerjaan itu terlihat nista, namun ketahuilah anakku, anak-anakmu adalah pembawa berkah bagimu, tahukah engaku jika takdir Tuhan tak ada yang mengetahuinya”, jawab Pak Kiyai.
            Pak Anwar hanya menunduk sembari menyernyitkan jidat berusaha mengartikan kalimat yang di sampaikan oleh Pak Kiyai. Raganya serasa melayang-layang entah kemana, karena keterbatasan dalam menyerap sesuatu yang terlalu sulit dimengerti. “Jika Tuhan Maha Kuasa, kenapa Ia tidak berkenan memberiku kemudahan untuk menghidupi anak dan istriku, mengapa Pak Kiyai memberiku peluang kerja yang demikian susahnya untuk dijalani oleh seorang keturunan yang pernah terhormat ?”. Sesungguhnya, ia – Pak Anwar sudah cukup mensyukuri nikmat Tuhan yang telah dianugrahkan kepadanya, namun ia hanya manusia biasa yang dalam keadaan tertentu memiliki tuntutan berlebih.                   
Dalam hati ia bangga melihat anaknya memiliki cita-cita mulia yang sedemikian melambungnya. Bagaimana tidak dianggapnya membumbung tinggi, ia hanya seorang pekerja kasar yang tak kepalang memalukan bagi kebanyakan orang. Ia hanya seorang pemulung sampah-sampah yang berserakan di pinggir jalanan. Sedangkan anaknya memiliki cita-cita menjadi seorang yang mampu memungut sampah dengat sekali suara. Di dalam hati, sebenarnya ia hanya bisa tertawa dalam kesedihan yang mendalam saat mendengar ocehan anak kesayangannya itu, anak seorang pemulung berani-beraninya memiliki keinginan yang demikian hebatnya.
            Setiap hari ia harus berangkat pagi agar dapat mengumpulkan sampah-sampah hasil kegiatan manusia dimalam hari. Dengan penuh ketabahan menahan rasa malu, dia tetap harus menunduk mengais rizki yang berceceran. Punggungnya harus memikul karung, merunduk di hadapan orang-orang hanya demi sebuah botol bekas air mineral. Dia harus rela tangan yang selalu dibasuh dengan air suci untuk membongkar tempat sampah yang penuh najis di pinggir jalan hanya demi beberapa barang daur ulang.
Lihatlah pula, ketika ia harus menghadiri acara pengajian dengan pakaian lusuh dikala orang-orang berpakaian rapih mengenakan peci, sedangkan ia hanya mengenakan topi kusam yang didapatkan di jalan. Ia hanya menunggu, menunggu sang imam membacakan do’a khataman. Do’a yang memohon kepada Tuhan-nya agar jama’ah dan para tamu undangan diberi rahmat dan rizki yang berlimpah. Lihatlah ia, bolehkah ia mengamini do’a yang dikhususkan untuk para hadirin? Sedangkan  ia hanya tamu yang tak diundang.
Demi Dzat yang Maha Pemurah. Ketika surat al-Fatihah mulai dibacakan dan suara kursi mulai beradu, ia mulai beraksi menelusuri longan-longan kursi. Berebut mengumpulkan gelas plastik dan kertas. Ia tetap harus tetap menundukkan kepala dan punggung menahan rasa. Demi Dzat Yang Maha Suci, nistakah pekerjaannya ?
Dialah ayahku, ayah yang selalu kubangga-banggakan. Yang selalu tersenyum dalam kelelahan, berusaha tertawa dalam kedukaan dan selalu menantang matahari dengan segala kekuasaan yang dimiliki. Dialah ayahku, dia telah berbohong kepada keluarganya, walaupun ia tak pernah berkata bohong. Ketika pertama kali aku mengetahuinya, begitu hancur hati ini mendengarkan pengakuaan yang ia tuturkan. Seketika itu juga tubuh ini serasa melayang di atas awan dan harus jatuh terhempas ke dalam lubang jalanan.
Dialah ayahku, putra seorang almarhum yang terhormat di desanya. Putra seorang yang bernasab terpandang. Namun, kehormatan itu harus terhenti karena pekerjaannya atas pandangan masyarakat. Sungguh, bukan mutlak karena hal tersebut aku merasa sangat terpukul. Karena kebohongan yang ia tutup-tutupi, padahal aku sendiri selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Aku lebih suka memulung bersama dia di desa sendiri dan berusaha jujur kepada masyarakat dengan menantang gaharnya mentari yang menghujat pandangan pekerjaan ini.
            Namun, aku harus menyadari betapa berat pengorbanan yang telah ia berikan kepada keluarganya. Ia lebih menginginkan kesedihan itu dirasakan sendirian tanpa harus membuat keluarganya malu. Rahasia ini kupendam rapat-rapat, bukan karena aku malu karenanya. Aku lebih memilih perasaan keluarga ayah dan kehormatannya. Demi Tuhan, aku rela memikul beban yang diderita ayah. Akhirnya ayah lebih memilih menghentikan pekerjaan tersebut demi menjaga perasaan keluarganya.


***
            Langkah kaki yang kutapakkan di setiap jengkal di tanah merah pegunungan menyisakan jejak yang terlihat sepanjang jalan. Semalam hujan telah turun mengguyur bumi, menyirami kegersangan yang diderita tumbuhan. Sembari bersiul-siul menyanyikan lagu cinta burung camar yang bebabas di lautan lepas. Untuk mencapai jalan raya, aku harus menyusuri jalanan di daerah gunung yang masih terlihat rindang.
            Di kiri-kanan terlihat orang-orang sedang menggarap kebunnya. Di atas dahan pohon rambutan, burung perkutut sedang bercumbu dengan pasangannya. Suasana alam pedesaan yang belum terjamah oleh pembangunan seperti halnya di kota metropolitan. Tak ada suara deru mesin pabrik, tak ada asap hitam yang menutupi awan. Inilah suasana pedesaan yang menyimpan sejuta ketenangan dan kedamaian.                   
Bayanganku melayang menuju masa depan. Mimpi-mimpiku telah menjadi kenyataan, semua hal yang pernah kuharap-harapkan terkabul dengan mudahnya. Aku telah menjadi sesosok yang disegani dan terhormat.
            “Purwokerto, purwokerto, purwokerto….!” Aku tersentak dari lamunan ketika mendengar kenek bis yang bersuara lantang. Saat itu jarum jam di tanganku menunjukkan pukul setengah delapan tepat. Aku harus segera menumpang bis untuk dapat menuju ke asrama di Purbalingga. Kumantapkan langkah kaki untuk mengejar matahari................Bersambung

Read more ...
Designed By