Breaking News

Selasa, 14 Juni 2011

Alquran Sebagai Pedoman Hidup

Ke manakah Anda pergi ketika sakit? Ke dokter, bukan?   Apa yang orang lakukan bila mobilnya mogok? Tentu ke bengkel atau ke montir yang tahu soal mesin mobil, bukan?   Bila Anda ingin tahu cara membuat kue yang enak, kepada siapakah Anda belajar? Kepada  ahlinya, bukan?
Begitulah logika sederhana membimbing kita. Bila kita punya masalah, tentu akan mencari orang yang tepat, yaitu orang yang paling tahu tentang cara memecahkan masalah tersebut. Kita akan meminta nasihatnya. Apa jadinya bila membawa tv rusak ke dokter, atau membawa orang sakit ke akuntan? Blo’on, alias sinting, bukan?
Demikian juga halnya dengan Al Quran. Kitab suci ini merupakan kalam  Allah yang membimbing cara hidup sehat lahir batin, Al Quran lebih dari seorang dokter yang ahli. Setinggi apa pun keahlian dokter, ada kalanya meleset juga. Betapa banyak pasien yang gagal dioperasi.
Al Quran adalah petunjuk yang paling jitu untuk “kebahagiaan” hidup. Artinya, jika ingin hidup bahagia, Anda harus mengikuti petunjuk Al Quran, “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S. Al Baqarah 2:2)

Kenapa jitu? Logikanya sederhana saja. Bukankah Tuhan adalah pencipta kita? Apa susahnya bagi Tuhan yang mampu menciptakan manusia, menciptakan pedoman hidup bagi makhluk-Nya? Tuahn Maha Tau. Namun, saying sekali tidak semua orang sadar bahwa Allah-lah tentang cara terbaik untuk memecahkan masalah kehidupan kita. Coba Anda perhatikan, tidak sedikit orang putus asa mencari pedoman hidup. Mereka mengerjar kekayaan, jabatan, popularitas, pendidikan tinggi, atau apa saja yang dikiranya dapat membahagiakan. Tapi, apa mereka berhasil menjadi orang yang bahagia?
Dengan cara apa pun, cara yang haram sekalipun, banyak orang yang berhasil kaya. Coba perhatikan, apa betul mereka menjadi bahagia? Betapa banyak koruptor, penipu, pengedar pil haram (pil koplo alias BK, ganja, morfin, ekstasi) yang dapat meraup kekayaan secara cepat tapi sengsara. Bahkan banyak juga wong kaya yang dapat membeli apa saja, tapi hidupnya tidak bahagia.
Kenapa orang tidak bahagia> karena mereka menjauhi Al Quran. Mereka hidup tanpa bimbingan-Nya. Mereka malah memilih ideologi-ideologi (pedoman hidup) buatan manusia, seperti materialisme, sekularisme, komunisme, atau isme-isme (paham-paham) lainnya yang justru sudah terbukti gagal.
Kenapa gagal? Karena isme-isme selain Islam hanya membimbing kehidupan “bahagia” yang tidak abadi (palsu). Komunis sudah terbukti gagal, dengan hancurnya Negara raksasa Uni Soviet. Materialisme dan sekularisme pun sudah terbukti gagal. Para penganjurnya banyak yang hidup sengsara, bahkan banyak yang bunuh diri. Al Quran  -karena kalam Allah membimbing cara hidup bahagia bukan hanya dunia saja, melainkan  juga menembus bahagia di dunia akhirat, bahagia yang abadi.
Dalam Al Quran, akan Anda dapati pedoman yang benar, yang baik, yang indah, yang bermanfaat, dan yang memberi arah bagi kehidupan dunia, kematian, dan kehidupan akhirat. Sementara pedoman buatan manusia dalam bidang apapun selalu mengandung cacart, menyimpang, terpecah-pecah, dan terbatas.
Al Quran menjelaskan bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Kita diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah. Jadi, segala perilaku kita (belajar, bekerja, shalat, dll.) harus diniati sebagai ibadah. Nilai manusia terletak pada ketakwaannya, bukan pada kegagahan, kecantikan, kekayaan , atau kepopuleran.
Pedoman buatan manusia membeda-bedakan warna kulit. Anda indat gerakan rasial di Amerika, Eropa, dan Afrika Selatan? Sangat merugikan kulit berwarna, bukan? Anda ingat juga undang-undang buatan penjajah tempo dulu, sangat merugikan bumiputera, bukan? Mengapa juga Timor Timur, Provinsi ke-27 negeri kita – yang akhirnya lepas dari kita – miskin dan tidak berpendidikan? Karena dijajah Portugal yang rasial!
Al Quran menunjukkan bahwa manusia – bagaimanapun warna kulitnya – adalah sederajat, yang hanya dibedakan oleh ketakwaannya (Q.S. Al Hujurat 49:13). Ajaran inilah yang menggugah pembela kaum kulit hitam Amerika, Malcom X, dan petinju legendaris Muhammad Ali masuk Islam.
Di Amerika Serikat, Islam dapat memberikan jawaban yang memuaskan bagi kaum muda berkulit hitam. “Islam adalah agama yang universal (ajarannya menyeluruh, mencakup segala bidang, berlaku dimana saja). Ia tidak membeda-bedakan warna kulit ras, “komentar Ayahid Abdul Malik, seorang warga Amerika Serikat berkulit hitam yang masuk Islam ketika berusia belasan tahun.
Isi Al Quran
Al Quran adalah karya Allah yang penuh dengan kekuatan dan keindahan yang ritme, tatabahasa, dan kosakatanya merevolusionerkan bahasa arab sejak kitab suci itu diturunkan. Bersama kaligrafi, pembacaan Al Quran merupakan bentuk seni tertinggi di dunia muslim, selama lebih dari 12 abad (wolfe, 2004:219).
Adakah kitab suci yang bahasa aslinya masih hidup? Selain Al Quran, semua “ kitab suci “ sudah tidak asli lagi. Al  Quran justru turun dengan bahasa Arab yang sudah sempurna, sudah baku. Pada saat turunnya Al Quran, orang Arab sangat menjunjung tinggi seni sastra. Al Quran paling unggul dalam struktur dan keindahan bahasa.
Memang, ada beragam alasan mengapa orang tertarik pada Al Quran. Gaya bahasanya saja dapat menarik ribuan orang masuk islam. Belum lagi kandungan isinya. Ini memang mukjizat Nabi Akhir Zaman.
Al Quran menantang jago-jago dunia, siapa yang mampu membuat satu ayat saja yang sebanding dengan ayat dalam A Quran. Hingga kini, tidak ada yang mampu. Malah Nabi Muhammad pun tidak mampu. Lucunya, seorang jago sastra pada zaman Nabi pernah menyatakan kesanggupannya. Ia membuat ayat-ayat dan surat-surat pendek, yang dikiranya sebanding dengan Al Quran. Ingin tahu? Inilah salah satu ayatnya :
Yaa Dhifda’u Dhifda’Ain. Naqqi Maa Tunaqqiin a’laiaki filMaa-I Asfalaki fith-Thiin.
Hai kodok anak kodok. Bersihkanlah apa-apa yang engkau bersihkan. Bagian atas engkau di air, dan bagian bawah engkau di tanah.
Apa lacur. Ketimbang mendapat pujian, ia malah mendapat cemoohan tajam dari para penggemarnya. Dialah Musailamah yang mendapat julukan Al Kadzab. ( si pendusta).
Kehebatan Al Quran bukan hanya dari segi keindahan bahasanya, melainkan, justru yang lebih penting adalah dari segi isinya. Al Quran merupakan kitab yang sempurna, yang lengkap memuat berbagai persoalan. Al Quran dengan kesempurnaannya memuat hukum-hukum, ramalan-ramalan sejarah, prinsip-prinsip dasar Islamiyah, dan sejarah manusia yang dapat menjadi pelajaran bagi kita.
Al Quran melukiskan bagimana kaum pembangkang mendapat balasan berupa bencana di dunia, seperti yang dialami kaum Tsamud (kaumnya Nabu Nuh a.s.), Kaum Aad (kaum Nabi Hud a.s), dan Fir’aun beserta para pengikutnya.
Ramalan sejarah dalam Al Quran banyak yahng sudah terbukti. Surat Al Lahab menyatakan bahwa Abu Lahab akan masuk neraka. Anda hafal surat pendek ini? Keterlaluan jika tidak! Padahal surat ini turun sepuluh tahun sebelum matinya Abu Lahab, yang meramalkan bahwa – saking kafirnya, Abu Lahab tidak akan masuk Islam hingga kematian menjemputnya. Selama hidupnya Abu Lahab tidak pernah simpatik terhadap Islam sedikitpun. Malah selama hidup ia jadi duri dalam daging bagi Nabi Muhammad saw., agama Islam, dan umat Islam.
Sekarang tengok ramalan surat yang cukup panjang, surat Ar Rum (kemaharajaan Romawi). Romawi itu Negara adikuasa, seperti Amerika Serikat sekarang. Wilayahnya saja mencakup Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Rivalnya, Persia, yang wilayahnya mencakup Iran, Asia Tengah, dan Yaman sekarang, seperti wilayah Uni Soviet pada masa lalu.
Antara Romawi dan Persia sering terjadi perang untuk memperebutkan koloni. Ketika Nabi saw. masih di Mekah, Persia menyerang dengan kekuatan 800.000 tentara, 200.000 di antaranya pasukan Garda. Sementara Romawi bertahan dengan sejuta tentara, 200.000 di antaranya pasukan Garda. Dalam perang yang melelahkan dan menelan banyak korban itu, Persia keluar sebagai pemenang.
Saat itu, kafir Quraisy pro-Persia. Tentu saja mereka girang. Karenanya, mereka pun berpesta. Saat itu turung surat Ar Rum yang menyatakan bahwa beberapa tahun lagi Romawi akan menang. Selanjutnya Islam akan menguasai kedua Negara adidaya itu.
Alif Lam Mim
Telah dikalahkan bangsa Romawi
Di negeri yang terdekat; dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi.
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).
Dan hari (kemenangan bangsa Romawi) itu, bergembiralah orang-orang yang beriman
(Q.S. Ar-Rum 30:1-4)
Memang benar.  Sembilan tahun kemudian Romawi menang, meskipun harus kehilangan banyak uang dan prajurit. Pajak pun meningkat. Akibatnya, masyarakat di kedua belah pihak pun frustasi. Dan dalam kondisi inilah umat Islam tampil sebagai pemenang, akhirnya kedua Negara adikuasa pun runtuh.
Ramalan-ramalan Al Quran yang hebat itu juga dikupas Dr. Maurice Bucaile, ahli bedah prancis, dalam bukunya the bible, The Quran, and science. Waktu itu ia masih nonmuslim. Pada masa silamnya, ia belajar agama mayoritas negeri itu. Pendidikan yang fanatik, mengharamkannya menyentuh Al Quran. Hal ini yang justru membuat Bucaile penasaran. Ada apa sebenarnya dalam Al Quran itu? Ia sungguh kaget, ternyata dala Al Quran dimuat berbagai subjek: penciptaan, astronomi, bumi, hewan, tumbuhan, dan reproduksi manusia. Sabagai ilmuwan, ia mengkaji isi Al Quran itu secara alamiah. Sungguh menakjubkan. Tak ada sedikit pun kesalahan. Al Quran yang turun 14 abad lampau ternyata memuat fakta-fakta yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah modern.
Soal atom dan komponen-komponennya? Oh, Al Quran sudah berbicara (Q.S. Saba 34:3). Sementara manusia modern mengenalnya seabad lampau. Al Quran juga melukiskan asal kejadian alam semesta. Dalam surat Al Anbiya (21) ayat 30 disebutkan bahwa bumi, planet-planet, dan langit dulunya bersatu-padu. Para ahli belakangan menyebutnya Big Bang Theory (teori dentuman besar). Ironisnya, tahun 1973 hadiah Nobel dalam bidang Fisika diberikan kepada segelintir ahli yang membenarkan teori itu. Bandingkan juga dengan Ramos Horta. Si anti-integerasi Timtim yang hidupnya kumpul-kebo justru mendapat hadiah Nobel “perdamaian”. Ironis sekali.
Dalam ayat yang sama (Q.S. Al Anbiya 21:30) disebutkan bahwa setiap makhluk hidup tercipta dari air. Anda tentu tahu bahwa setiap sel hidup – hewan atau tumbuhan – sekitar 80%-nya terdiri dari air. Fakta ini baru ditemukan manusia modern setelah ditemukannya mikroskop.
Al Quran pun menyebutkan bahwa alam semesta terus meluas. “Dan langit itu Kami benar-benar meluaskannya.” (Q.S. Adz Dzariyat 51:47) ketika berbicara tentang pembangunan langit, Al Quran menggunakan kata kerja fi’il madhi (past tense) –wassama’a banainaaha. Artinya, langit “sudah” (selesai) diciptakan. Tetapi ketika berbicara meluasnya langit, Al Quran menggunakan kata kerja  fi’il mudhari (present tense) –wa innaa lamuusi’uun;  artinya, meluasnya langit berlanjut terus.
Sekarang kita tengok bidang pertanian. Manakah yang mahal: tanah kering atau yang subur? Tentu saja tanah yang mengandung air, bukan? Dalam surat Al Hajj (22) ayat 5 disebutkan, “Dan kamu lihat bumi ini kering. Kemudian apabila kami telah turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah serta menumbuhkan berbagai macam-macam tumbuhan yang indah.”
Karena itu, tak heran mengapa pemerintah mau mengeluarkan biaya untuk pembangunan waduk. Ya, karena untuk menyuburkan lahan pertanian.
Apakah Anda bisa membedakan lebah betina dari lebah jantan? Mau taruhan? Tentu tidak bisa.  Dalam drama Shakespeare, Henry IV, para pelaku berbicara tentang lebah. Diceritakan bahwa lebah adalah serdadu-serdadu dan mempunyai raja. Jadi, lebah yang berterbangan adalah jantan dan mereka pulang ke sarang menemui rajanya. Tapi ini salah.
Untuk bisa membedakan lebah jantan dari lebah betina, para ahli membutuhkan waktu 300 tahun. Di zaman Shakespeare, fakta ini belum ditemukan. Para ahli belakangan menemukan bahwa lebah yang berterbangan adalah yang betina. Mereka kembali ke sarang menemui ratunya!  Padahal Al Quran sudah mengenalkannya 14 abad lalu. Dalam surat An Nahl (16) ayat 68-69 disebutkan bahwa lebah betina meninggalkan sarangnya untuk mengumpulkan makanan. Hebat ya, Al Quran.
Saking hebatnya, banyak ahli di Barat yang kagum dan kemudian masuk Islam. Dr. Keith L. Moore, ahli embriologi di Universitas Toronto menulis buku The Developing Human. Ia masuk Islam setelah menemukan fakta bahwa tahap-tahap perkembangan janin dalam dalam kandungan ibu sesuai dengan yang dilukiskan Al Quran surat Al Mukminun (23) ayat 12-14.
Gary Miller (1992), seorang muslim Kanada, bercerita bahwa Seorang pria bekerja sebagai pelaut dagang. Kawannya yang muslim itu memberikan terjemahan Al Quran. Pelaut pedagang itu tidak tahu sedikit pun tentang sejarah Islam. Tapi ia tertarik membacanya. Rupanya si pelaut pedagang itu telah menelaahnya, terutama tentang keakuratan Al Quran melukiskan badai laut, “Di tengah lautan luas dan dalam diliputi gelombang; di atasnya gelombang, dan di atasnya lagi awan-awan yang tebal,” (Q.S. An Nur 24:40) Ia kemudian mengembalikan terjemahan Al Quran itu kepada kawannya yang muslim tadi dan bertanya, “apakah Muhammad itu seorang pelaut? Langsung saja dijawab, “bukan! Nabi Muhammad makah hidup di padang pasir!” Jawaban ini saja sudah cukup memuaskan si pelaut. Ia langsung masuk Islam.
Kapten Jacques Cousteau, professor terkemuka di Prancis, masuk Islam setelah menemukan fakta-fakta tentang laut. Ditemukan bahwa ada penghalang fenomenal di antara laut-laut tertentu. Bahwa air yang satu tidak bercampur dengan air laut lainnya. Temuannya ini persis seperti yang digambarkan surat Ar Rahman (55) ayat 19-20, “ia lepaskan kedua lautan yang saling bertemu. Antara keduanya ada sempadan. Masing-masing tiada saling berlewatan.”
Memang sejak dulu tidak ada seorang ahli pun yang menemukan kejanggalan dalam Al Quran. Hal ini menunjukkan bahwa Al Quran bukan buatan manusia, bukan pula buatan Nabi Muhammad saw., melainkan wahyu Allah Ta’ala. “Kalau sekiranya Al Quran bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan banyak pertentangan di dalamnya.” (Q.S. An Nisa 4:82)
Inilah Al Quran, mukjizat abadi Nabi Muhammad saw. bagi umat manusia, bagi masyarakat ilmiah modern. Isinya demikian konsisten dan logis. Gaya bahasanya indah. Bunyinya elok. Al Quran mengungkapkan berbagai kasus yang menggugah para ahli nonmuslim masuk Islam.
Al Quran akan terus dikaji. Siapa pun yang mengkajinya, termeasuk nonmuslim, akan semakin memperkokoh Al Quran. Orang akan semakin kagum dengan kitab suci ini. Semakin dikaji, semakin mengagumkan. Bagaimanakah dengan Anda? Jangan ketinggalan, baca Al Quran dan baca pula terjemahannya.
Membaca Al Quran.
Seseorang dating kepada Ibnu Mas’ud – pernah dengar nama sahabat Rasulullah yang genius dan ahli Al Quran ini? Tubuhnya amat pendek. Saking pendeknya, kalau berdiri ia sama tingginya dengan orang yang sedang duduk – apa maksud kedatangannya? Ia minta nasihat. “Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan obat dan penawar kegelisahan jiwaku. Belakangan ini aku tidak tentram, pikiran kusut, makan tak enak, dan tidur tak nyenyak.”
“Kalau penyakit itu menimpamu,” saran ahli Al Quran itu, “bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, tempat membaca Al Quran, engkau baca atau dengarkanlah baik-baik. Kedua, majelis pengajian yang mengingatkan kepada Allah. Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi; engkau berkhalwat menyembah Allah. Umpamanya tengah malam yang buta, saat orang tidur nyenyak, bangunlah. Lakukanlah shalat malam, mohonlah pada Allah ketenangan jiwa, ketentraman pikiran, dan kemurnian hati. Kalau masih belum sembuh juga, mintalah kepada Allah agar diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang Anda pakai bukanlah hati Anda.”
Kembali ke rumahnya, orang itu mengamalkan nasihat Ibnu Mas’ud. Dia mengambil air wudlu, mengambil Al Quran terus membacanya dengan hati yang khusu. Sungguh mengharukan. Setelah selesai, berubahlah jiwanya. Ia merasa jiwanya aman dan tenteram, pikirannya tenang, kegelisahannya hilang sama sekali.
Sayang sekali, kini masih banyak orang Islam tidak memahami Al Quran sebagai pedoman hidup. Malah yang lebih disesalkan lagi, ada juga yang sudah mengerti tapi tidak mengamalkannya. Pasalnya, Al Quran tidak sesuai dengan nafsunya. Padahal banyak bukti bahwa orang yang mengikuti hawa nafsu hidupnya sengsara. Allah swt. justru mendorong manusia untuk menaati Al Quran, agar bahagia dunia-akhirat.
Lebih sedih lagi, banyak orang Islam belum bisa membaca Al Quran. Ironis! Tapi untung sekarang ada TKA dan TPA. Yang paling aneh, ada orang pandai membaca Al Quran tapi kerjanya hanya baca Koran. Baca Koran memang perlu, tapi jangan meninggalkan Al Quran!
Membaca Al Quran itu nikmat. Apalagi apabila Anda mengerti tajwid, cara keluarnya huruf (makharijul huruf), dan membacanya dengan suara merdu, tentu sesuai dengan kemampuan Anda, tidak perlu seperti Qari dan Qariah. Hati Anda akan tentram. Dan selesai membaca, Anda akan gembira. Tidak percaya? Bisa dibuktikan!
Banyak hadis yang menegaskan keutamaan membaca dan mempelajari Al Quran, di antaranya, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari) “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya Al Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya (orang-orang yang berpegang pada petunjuknya).” (H.R. Muslim) “sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum denga Al Kitab (Al Quran) dan ia juga akan menghinakan kaum lainnya dengannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda, “Perbanyaklah membaca Al Quran di rumahmu! Sesungguhnya dalam rumah yang di dalamnya tidak ada orang yang membaca Al Quran akan dijumpai sedikit kebaikan, malah akan banyak sekali kejahatan, dan penghuninya selalu merasa sempit dan susah.”
Selain menguntungkan jiwa, membaca Al Quran memberikan pahala. Ali bin Abi Thalib berkata, “Setiap orang yang membaca Al Quran dalam setiap shalat, setiap huruf yang dibacanya akan dapat pahala lima puluh kebajikan. Bagi yang membacanya di luar shalat dengan berwudlu, tiap-tiap huruf yang dibacanya akan dapat dua puluh lima kebajikan. Dan bagi yang membacanya di luar shalat tanpa berwudlu, tiap-tiap huruf yang dibacanya akan dapat sepuluh kebajikan.”
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari)



*dikutip dari "Islam Itu indah, Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By