Breaking News

Selasa, 06 September 2011

Al-Qusyairi dalam Dunia Sufistik


        Al-Qusyairidilahirkan sebuah daerah dekat kota Naisafur di wilayah Khurasan – kinitermasuk daerah Iran – dengan nama lengkapnya ‘Abd al-Karim ibn Hawazinal-Qusyairi. Beliau mendapatkan pendidikan Islam yang terbilang sempurna padasaat itu, menghafal al-Qur’an, mempelajari hukum Islam (fiqh) dan teologiAsy’ariyah. Serta menjadi murid dari seorang sufi yang bernama Abu ‘Alial-Daqqaq (w. 412 H/1021 M). Al-Qusyairi merupakan seorang penulis sufi yangsangat mumpuni. Dalam hal pengembangan gaya penulisan, kemampuan untukmenggabungkan telaah atas suatu konsep yang sangat sulit dengan paparan yangjelas dan tegas, serta kemampua untuk menggabungkan analisis yang tepat dengananekdot-anekdot teatrikal, hanya sedikit penulis yang bisa menandinginya. Duaorang sebelum al-Qusyairi yang menulis karya-karya synopsis tentang para sufiadalah al-Kalabadzi (w. 380 H/590 M). Karya al-Qusyairi dalam bidang tasawuf, al-Risalahal-Qusyairiyah al-Tashawwuf dianggap sebagai momentum penting dalamperkembangan gerakan tasawuf dan menjadikannya sebagai suatu konsep ajaran yanglebih bersifat sinoptis, baik dalam pemikiran maupun dalam praktiknya. Dan bisajadi karya ini merupakan  karya tasawufklasik yang paling terkenal, diakui karena kedalaman, ketajaman dan kejelasanpembahasannya. Dimana konsep semacam ini muncul untuk kali pertamanyadipelopori oleh al-Sarraj (w. 378 H/988 M) dan al-Sulami (w. 412 H/1021 M). Dankemunculan al-Risalah al-Qusyairiyah ini kemudian diikuti oleh munculnya Hilyatal-Auliya karya Abu Nu’aim al-Isfahani (w. 428 H/1037 M) dan Kasyfal-Mahjub karya al-Hujwiri (w. 466 H/1074 M).[1]

MichaelA. Sells[2] mengomentari konsep sufistikal-Qusyairi tentang waktu (al-waqt), dengan mengatakan bahwa penjelasanal-Qusyairi tentang al-waqt (saat, kesementaraan) merupakan bagian pembuka yangmengesankan dalam kitab al-Risalah al-Qusyairi.
Al-Qusyairidi dalam bagian pembukanya itu memaparkan suatu bahasa tentang hubungan antarawaktu, pengalaman dan identitas. Waktu adalah periode yang dijalani oleh suatukeadaan spiritual waktu dan keadaan. Sufistik datang pada seorang sufi secaraspontan, terbebas dari segala kehendak diri atau usaha yang disengaja, atau punpilihan (ikhtiyar) dimana ada suatu gerak maju yang konstan melalui beberapatahap intensitas dalam waktu dan keadaan sufistik atau kondisi ruhani yangbertujuan pada pemasrahan diri sepenuhnya. Pada setiap waktu yang dijalani,seakan-akan waktu merupakan totalitas keberadaan seseorang. Istilah waktu inioleh filsafat teosfis Ibn ‘Arabi dimaknai dengan “waktu abadi” yangmengindikasikan suatu totalitas.
Waktuadalah apa yang engkau ada di dalamnya. Demikian yang disampaikan oleh sangguru al-Qusyairi, Abu ‘Ali al-Daqqaq.[3] Lebih lanjut bahkan mengatakan, jikaengkau berada di dunia, maka waktumu adalah dunia, jika engkau berada dikehidupan setelah mati, maka waktumu adalah dunia kehidupan setelah mati, jikaengkau berada dalam kebahagiaan, maka waktumu adalah kebahagiaan, jika engkauberada dalam kesedihan, maka waktumu adalah kesedihan. Sehingga dari sini bisadikatakan bahwa waktu adalah segala sesuatu yang mendominasi seseorang. Dandalam sebuah syair, waktu dikatakan sebagai.

Seperti pedang – jika kau memegangnya dengan lembut
Maka sentuhannya sangatlah lembut,
Tapi ujungnya, jika kau pegang dengan kasar
Ia akan menebas kasar.[4]

Olehkarena itu, seseorang yang cerdik adalah yang setiap berada dalam aturanwaktunya, jika waktunya adalah kesadaran yang membangkitkan (syahw),maka setiap perilakunya adalah syari’at, dan jika waktunya adalah penghancuran,maka aturan realitas berlaku atas dirinya.
Sedangkankeadaan spiritual merupakan modus kesadaran yang datang secara langsung kedalam hati seseorang tanpa ia menghendakinya, menginginkan kedatangannya,menyengaja untuk meraihnya, menarik atau mengusahakannya –suatu perasaanbahagia atau sedih, sempit, rindu, gelisah, takut, atau hasrat yang sangatbesar. Keadaan spiritual ini merupakan satu hal yang langsung dianugerahkan olehAllah datang secara langsung dan tiba-tiba. Dalam sebuah syairnya al-Junaidmengatakan,

Kilasan cahaya yang datang tiba-tiba
Ketika muncul, nampak seperti bayang-bayang
Menyingkapkan rahasia, mengabarkan persatuan.[5]


[1]Michael A. Sells (Ed.). Op. cit. hal 129 dan 210.
[2]Ibid. hal. 133-136.
[3]Ibid. hal. 134.
[4]Ibid. hal. 135.
[5]Ibid. hal. 140.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By