Breaking News

Jumat, 21 Oktober 2011

Definisi dan Ruang Lingkup Psikologi Sosial


Manusia dimanapun dia berada ,tidak dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakat. Oleh karena itu,sejakdahulu orang sudah menaruh minat yang besar pada tingkah laku manusia dalamlingkungan sosialnya. Minat yang besar ini tidak hanya muncul daripengamat-pengamat awam,tapi juga dikalangan para sarjan dan cendekiawan.

Sekalipun demikian, psikologi sosial, sebagai ilmu khusus yang mempelajari tingkah lakumanusia dalam lingkungan sosialnya baru timbul kurang dari 100 tahun yang lalu(Mc. Dougall,1908 ; Ross,1908). Sebelum itu gejala perilaku manusia dalammasyarakat dipelajari oleh antropologi dan sosiologi.
Peranan antropologi dan sosiologi dalam psikologi social antara lainadalah untuk mengurangi atau setidak-tidaknya menjelaskan bias (penyimpangan0yang terdapat dalam penelitian psikologi social sebagai akibat pengaruhkebudayaan dan kondisi masyarakat disekitar manusia yang diteliti.
Sasaranpenelitian psikologi social sendiri adalah tingkah laku manusia sebagaiindividu. Inilah yang membedakan psikologi social dari antropologi dansosiologi yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai bagian darimasyarakatnya.


Read more ...

Perbedaan Pengarang dan Penulis


APA perbedaan antara pengarang (author) dan penulis (writer)?Pertanyaan sederhana yang tidak mudah dijawab, apalagi bila disusul beberapapertanyaan berikut: bagaimana membedakannya? Apa ukuran yang kita gunakan?Kenapa dibedakan?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, kita perlu mengetahui persamaanpengarang dan penulis. Kerja keduanya sama-sama berhubungan dengan bahasa.Bahasa dalam pengertian paling luas dan mendasar: formula yang membentukkesadaran (bahkan ketidaksadaran, menurut psikoanalisis) dan pandangan hidupmanusia. Seandainya terdapat seorang pengarang atau penulis mengaku mampubekerja tanpa bahasa, orang tersebut bisa dibilang sedang berdusta. Ibu gurumemberi pelajaran mengarang, murid-muridnya menulis cerita. Pak guru memberitugas menulis karya ilmiah, para siswa menulis laporan penelitian.

Mengarang sering diasosiasikan dengan karya sastra yang fiksional,sedangkan menulis dengan ilmu yang sifatnya faktual: seakan-akan mengarangsastra tidak memerlukan studi ilmiah, dan menulis karya ilmiah tidak memerlukanbahasa imajinasi yang fiksional. 

Bukan bentuk, tetapi fungsi 
Kita akan tahu asumsi tersebut keliru. Terbukti dengan adanya karyailmiah yang ditulis dengan bahasa literer atau kental unsur sastranya. Filsuf,ekonom, dan ilmuwan politik Karl Marx menulis karyanya dengan bahasa yangliterer, penuh simbol dan metafora, contohnya dalam Capital. Demikian pulaDarwin yang terkenal dengan bukunya, The Origin of Species. 
Sebaliknya, terdapat banyak karya sastra yang penuh muatan ilmiah,dan mengolah fakta-fakta dengan metodologi tertentu. Umberto Eco misalnya,secara konsisten menggunakan logika abduksi sebagai metode dalamnovelnya, The Name of the Rose. Demikian pula Jorge Luis Borges yangmenggunakan labirin sebagai konsep (bahkan semacam metode) untuk membahasmatematika dan metafisika dalam prosa-prosanya, khususnya Tlon, Uqbar, Orbis Tertius,dan Perpustakaan Babel. 
Artinya, asumsi tersebut keliru karena adanya kesalahan dalammenentukan kategori. Seseorang disebut pengarang bukan karena sifat karyanyaliterer-fiksional, dan disebut penulis bukan karena sifat karyanya ilmiah danfaktual (barang siapa tetap menggunakan kategori ini untuk membedakan pengarangdan penulis, jalan pikiran orang tersebut pasti akan tersesat). Yang membedakankeduanya bukan bentuk bahasa, melainkan fungsinya.
Fungsi bahasa bagi pengarang adalah untuk mencipta wacana, sementarabagi penulis untuk menyampaikan pesan. Marx, Darwin, Eco, dan Borges adalahpengarang, karena karya mereka melahirkan wacana. Sementara banyak karya sastradan ilmiah yang tidak melahirkan wacana, dengan alasan yang berlainan; entahbahasanya kurang kuat, penalarannya kurang akurat, atau sekadar mengulang karyasebelumnya. 
Seorang pengarang niscaya menempatkan bahasa sebagai basis darigagasannya, melampaui fungsi instrumentalnya sebagai media komunikasi. Gagasanseorang pengarang memberi bobot baru terhadap bahasa, sehingga mampu mengubahstruktur kesadaran, pandangan hidup, dan landasan baru dalam memandang dunia.Adapun penulis menjadikan bahasa semata sebagai instrumen untuk menyampaikanpesan agar para pembacanya memahami makna yang disampaikan. 

Pengaruh yang mendasar 
Apa yang membuat sebuah karya sastra dan ilmiah menjadi wacanasehingga penciptanya layak disebut pengarang? Pertanyaan itu juga tidak mudahdijawab, karena banyaknya ukuran yang bisa digunakan, dan jangan-jangan kitaakan salah lagi (dan lagi) dalam menentukan kategori. Tulisan ini kembaliberusaha menjawabnya, dan jika jawaban itu ternyata kelak bisa dibuktikansalah, maka itu berarti kita telah menawarkan sepercik gagasan kepada pembaca,dan oleh sebab itu bolehlah disebut sebagai “wacana”. 
Sebuah karya ilmiah bisa menjadi wacana karena di dalamnya terdapattiga hal. Pertama, ide kreatif yang didukung dasar filosofi yang kuat. Marxbisa dikatakan adalah orang pertama yang mengemukakan hukum ekonomi sebagaihukum yang menentukan perkembangan masyarakat dan sejarah. Kebudayaan (sepertiagama, negara, dan institusi sosial lainnya), dicipta semata agar manusia dapatmengatur kebutuhan ekonominya. Melalui budaya, agama, dan negara, manusiamendistribusikan kebutuhan ekonominya, bukan sebaliknya.
Kedua, gagasannya memiliki pengaruh melampaui disiplinnya, bahkanpandangan hidup secara keseluruhan. Sebelum Darwin, Lamarck telah menggunakanteori evolusi untuk menjelaskan asal-usul manusia, tetapi Darwin-lah yangmembuat teori evolusi berpengaruh melampaui disiplin biologi, seperti pandanganyang ditawarkan kitab suci serta dunia mitos. Lebih luas lagi gagasan Marx yangmengubah pandangan manusia tak semata secara teoretis, tetapi juga praksis.Kita tahu, di abad lalu komunisme menguasai sepertiga dunia. 
Ketiga, pemikirannya dapat dibuktikan kebenarannya. Darwinmelahirkan teori evolusi dengan melakukan observasi terhadap serangkaianfakta-fakta ilmiah, demikian pula Marx dengan teori ekonominya. Gagasan merekabukan spekulasi penalaran belaka, melainkan didukung bukti-bukti empiris. Tanpaitu, gagasan mereka akan rapuh, persis seperti mitos-mitos yangditentangnya. 

Sastra tak jauh beda 
Bila karya ilmuwan menjadi wacana melalui tiga hal di atas, karyasastra tidak jauh beda. Membaca novel Eco, The Name of The Rose, kita akanmendapati ide yang didukung basis filosofis yang kuat, salah satunya bobotrelevatif (kewahyuan) filsafat Aristoteles. Sebelum Eco mungkin sudah ada yangmengatakannya, tetapi Eco melakukannya secara lebih konstruktif dengan caramenghubungkan ide tersebut dengan berbagai ide yang menentang dan yangmendukungnya, termasuk filsafat Abad Pertengahan yang terkungkung teologiapokalipsis. Demikian pula Borges, yang secara konstruktif memberi bobotfilosofis terhadap labirin, dan melalui itu ia mencipta model berpikirtertentu. 
Karya Eco dan Borges juga berpengaruh hingga di luar disiplinnya.Novel Eco tak hanya mengubah pandangan manusia terhadap novel, tetapi jugaterhadap agama dan filsafat Abad Pertengahan. Demikian pula Borges, karyanyaberpengaruh secara generik terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan. Eco sendiri,bahkan Michael Foucault, adalah filsuf dan ilmuwan yang menimba ilham dariprosa-prosa Borges. 
Lalu apa gagasan dalam karya sastra dapat dibuktikan secara ilmiah?Tak terhitung karya sastra yang penuh muatan ilmiah, karena sastrawan lazimmenggunakan disiplin tertentu dalam menciptakan karyanya. Namun, bukan di situposisi unik sastra dalam hubungannya dengan ilmu. Bila Marx dan Darwinmengajukan pertanyaan filosofis dan menyelesaikannya secara ilmiah, sastramembaca kesimpulan ilmiah melalui serangkaian pertanyaan imajinatif sehingga darisana terbuka wilayah baru bagi spekulasi para filsuf dan ilmuwan, persisseperti pengaruh Borges dan Eco terhadap khazanah humaniora kontemporer. 
Kita juga memiliki karya-karya ilmiah dan sastrawi yang sebetulnyamemiliki karakteristik seperti karya-karya mereka yang “pengarang” dan bukansekadar “penulis”. Pemikiran Tan Malaka, sajak-sajak Chairil Anwar, danprosa-prosa Iwan Simatupang di antaranya. 
Lalu kenapa karya mereka tidak punya pengaruh mendasar di luardisiplinnya? Jawabannya, karena mereka adalah orang- orang cemerlang yang hidupdi tengah bangsa dengan tradisi pengetahuan yang buruk (kita berharap jawabanini salah). Bangsa yang belum memiliki tradisi pengetahuan yang kuatmembutuhkan banyak “pengarang”, bukan sekadar “penulis”. 
Salah satu bukti karya ilmiah, filsafat, dan sastra yang melahirkanwacana adalah ketika ia menjadi tonggak dalam disiplinnya. Misalnya dalammembahas kapitalisme (baik ekonomi, politik, maupun budayanya) kita tidak bisalepas dari landasan yang diberikan Marx. Begitu pula mengenai asal-usul manusiasulit lepas dari Darwin. Novel Eco tidak bisa dilewati ketika kita membahasdunia Abad Pertengahan, juga Borges dalam kaitannya dengan sastra filsafi danfantasi. 
Katakanlah, karya mereka memiliki otoritas terhadap wacana. ChairilAnwar memiliki otoritas terhadap puisi Indonesia modern. Sulit bicara puisiIndonesia modern tanpa Chairil Anwar. Demikian pula Tan Malaka dan IwanSimatupang dalam filsafat dan prosa di negeri ini. Nama-nama mereka—termasuktentu saja Marx, Darwin, Eco, dan Borges—sering disebut bukan sekadar namamelainkan semacam “istilah” yang merujuk pada gagasan tertentu yang pengaruhnyaluas. Itu membuktikan mereka adalah pengarang (author), mempunyai “otoritas”terhadap wacana, dan bukan sekadar penulis (writer) yang menyampaikan sebuah“pesan”. 
Lalu mana yang kita inginkan, pengarang atau penulis? Kita tak bisamenjawabnya kecuali dengan berdusta. Karena, secara etos mereka yang penulislebih elegan bila bekerja layaknya pengarang, sedangkan secara etis mereka yangpengarang lebih elegan bila tetap memandang dirinya sekadar penulis. Sejauhditempatkan pada konteks etis dan etos itulah polemik seputar “kematianpengarang” (the death of author) yang diusung Roland Barthes dan ramaididiskusikan beberapa tahun silam di sini relevan untuk direnungkan.

Faisal Kamandobat - Kompas Sabtu 24Maret 2007


Read more ...

Rabu, 19 Oktober 2011

Yakin Wilayah RI, Tak Takut Polisi Malaysia


Hidup serbaterbatas tak membuat nasionalisme Nurmali luntur. Warga Camar Bulan, KalimantanBarat ini menjadikan rumahnya sebagai benteng pertahanan terakhir dalamsengketa wilayah Indonesia Malaysia. Rumah yang dia sebut Pondok Merah Putihitu menjadi bukti bahwa pekarangan yang ditempatinya merupakan wilayah RI.

Nurmalitinggal di Dusun Camar Bulan, Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas,Kalimantan Barat. Tanpa diperintah pemerintah pusat, dia berinisiatif menjadiorang yang berdiri di barisan terdepan dalam sengketa perbatasan denganMalaysia.
Rumah tempatdirinya tinggal persis berada di tapal batas Indonesia-Malaysia. Dia mengecatrumahnya dengan warna merah putih sebagai simbol nasionalisme. Nurmali siapmenjadi saksi bahwa rumah tempat tinggalnya itu merupakan wilayah NKRI. Sampaikapan pun, hal itu akan dia pertahankan.
Keberanian dansemangat Nurmali tersebut mendapatkan apresiasi dari Bupati Sambas Hj. JuliartiDjuhardi Alwi dan ketua DPRD Sambas H. Masud Sulaiman. Bersama Muspida Sambas,dua pejabat tersebut bertandang ke pondok Nurmali yang berdinding kayu itupekan lalu.
Melalui warnamerah dan putih, Nurmali ingin menegaskan kepada orang Indonesia dan Malaysiabahwa tempat yang dia tinggali adalah wilayah NKRI. “Apa pun yang terjadi,biarpun kondisi saya begini (hidup serba kekurangan, red), NKRI harus dipertahankan dan saya siap,” tegasnya bersemangat.
Nurmali tidakhidup sendiri di Pondok Merah Putih. Dia tinggal bersama Istri, Syarifah, sertaempat anaknya, Iyan Pertiwi, Putra, Nurhakiki, dan Apik. Hampir dua tahunNurmali beraktivitas di wilayah OBP (outstandingboundary problems) alias kawasan bermasalah tersebut. Dia mengelola kebunkaret dan ladang.
Nurmalitermasuk pria yang sangat bernyali. Terang-terangan dia mengaku tidak takutsedikitpun kepada Polisi Diraja Malaysia. “Meski saya belum sekali pun selamabermukim di sini bertemu polisi Malaysia, saya tidak khawatir, apalagi takut.Sebab, saya yakin, ini wilayah Indonesia,” ujarnya.
Walaupun takpernah berjumpa polisi Malaysia, Nurmali pernah melihat helikopter dan pesawatMalaysia melintas di atas lahan yang dikelolanya. “Melintas sudah sering,bahkan berputar-putar di lahan saya,” ungkapnya.
Saat mendapatkunjungan bupati dan ketua DPRD Sambas itu, Nurmali meminta pemerintahmemperhatikan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan. Di antaranya,memberikan bantuan bibit dan pupuk. Dengan demikian, masyarakat perbatasan bisamengembangkan perkebunan untuk kesejahteraan keluarga. “Hanya itu harapankami,” katanya.
Kawasan yangditinggalli Nurmali masuk wilayah perbatasan RI-Malaysia, tepatnya di BukitSemunsam, lokasi bermasalah di Dusun Camar Bulan seluas 1.499 hektar. NamaSemunsam sudah dikenal masyarakat Temajuk (Indonesia) maupun Teluk Melano danSerabang, Malaysia, berdasar patok A 104 menuju lokasi Watersed. Lokasitersebut tidak ditemukan pada MoU 1978.
Menurut KepalaDesa Temajuk, Mulyadi, Nurmali berani tinggal di wilayah OBP karena merasayakin tanah yang ditempati itu merupakan wilayah NKRI. Pondok Merah Putih milikNurmali tersebut berjarak tidak jauh dari lokasi Watersed.
Bupati SambasJuliarti Djuhardi Alwi meminta pemerintah pusah segera menyelesaikan masalahperbatasan. Sebab, itu merupakan kewenangan pusat. “Perlu tindakan nyata dancepat agar masyarakat tidak khawatir beraktivitas di wilayah IBP Camar Bulan.Pemkab Sambas akan mempertahankan wilayah Camar Bulan sesuai dengan TraktatLondon 1981 yang pernah dilakukan di Belanda dan Inggris,” tegas bupatiperempuan pertama di Kalbar tersebut.
Diamenjelaskan, Traktat London harus dipertahankan. Sebab, MoU atau notakesepakatan 1978 hingga sekarang masih dibahas, sehingga kawasan Camar Bulanseluas 1.499 hektar itu masuk masuk kawasan OBP.
Dalam kasusCamar Bulan, kata Juliarti, tidak ada pencaplokan wilayah. Hanya, dulu untukmencapai lokasi patok, masyarakat Temajuk menumpuhnya dengan berjalan kakihingga 1,5 jam. Sekarangan berjalan kaki ke lokasi patok hanya 15 menit.

Laporan : Hari Kurniatham – sambas.

Radar Tasikmalaya.
Read more ...

Sabtu, 15 Oktober 2011

Memenjarakan Angin


Tidak ada henti-hentinya dantidak ada jeranya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagaipertanyaan atau tugas yang aneh-anehdan mustahil bagi orang kebanyakan. Hari ini Abu Nawasjuga dipanggil ke istana. Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut AbuNawas dengan sebuah senyuman gembira. “Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabibpribadiku, aku kena serangan angin.” kata Baginda Raja memulai pembicaraan.

 “Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukanhingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas.
“Aku hanyamenginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.
Abu Nawashanya terdiam.Mulutnya tak mampu mengucapkansepatah kata. La bingung memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masihbingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benarangin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dariangin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisadilihat. Sedangkan angin tidak.
Baginda hanyamemberi Abu Nawas waktu tidak boleh lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dariBaginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudahmerupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakinbahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedangdihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepadaorang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarangAbu Nawas membawa pulang sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.
Tetapi sudahdua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagimemenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkanBaginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisatidur walau hanya sekejap.
Mungkin sudahtakdir; sepertinya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakanperintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannyakepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.
“Bukankah jinitu tidak terlihat?” Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrakgirang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkinmenyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istanaAbu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedangmenunggu kehadirannya.
Dengan tidaksabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas. “Sudahkah engkau berhasilmemenjarakan angin, hai Abu Nawas?”
“Sudah Padukayang mulia.” jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botolyang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu.
Bagindamenimang-nimang botol itu. “Mana angin itu, hai Abu Nawas?” tanya Baginda.
“Di dalam,Tuanku yang mulia.” jawab Abu Nawas penuh takzim.
“Aku takmelihat apa-apa.” kata Baginda Raja.
“AmpunTuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin,tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu.” kata Abu Nawas menjelaskan.Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitumenyengat hidung.
“Bau apa ini,hai Abu Nawas?!” tanya Baginda marah.
“Ampun Tuankuyang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karenahamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengancara menyumbat mulut botol.” kata Abu Nawas ketakutan.
TetapiBaginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Danuntuk kesekian kali Abu Nawas selamat.
Read more ...

Metode Pembinaan Tasawuf di Zaman Modern


       Akhlak tasawuf sebagai suatu ilmu yangsangat berguna dalam rangka membentuk manusia-manusia yang humanis dengan moralyang luhur memerlukan metode dalam pembinaannya, sebagian metode pembinaanakhlak memang sudah bisa ditangkap pada uraian-uraian sebelum ini, dan padahakikatnya ajaran yang disampaikan itu sama, hanya mungkin berbeda nama danistilah saja sebagai bungkusnya. Tetapi walaupun demikian hal itu bisadinamakan modern – kalau boleh dibilang demikian – paling tidak dari segi waktuatau zaman.
Di antaranya adalah :

1.     Metode Menejemen Qolbu

     MenejemenQolbu atau menata hati adalah suatu bimbingan yang bertujuan untuk menciptakanmanusia yang mempunyai hati yang penuh dengan keikhlasan karena Allah Swt,berpandangan positif dan kedepan dengan selalu menata hati berdasarkan keimanankepada Allah Swt.[1]
           K.H. Abdullah Gymnastiar adalahpelopor dari Menejemen Qolbu ini, beliau dilahirkan di Bandung pada tanggal 29Januari 1962 dengan mendirikan Pesantren “Virtual” Daarut Tauhid,yang berada di kawasan Gegerkalong Girang, Bandung Utara.
      Aa Gym, demikian panggilan akrabbeliau, sempat mengenyam pendidikan di PAAP UNPAD dan PIKSI-ITB, sertaUniversitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani) Cimahi. Sementara bekal ilmukepesantrenan diperolehnya sebagai karunia Allah, dengan “syariat” mendapatkanbimbingan spiritual dari (antara lain) salah seorang adik kandungnya sendiri(kini almarhum), seorang sepuh (tua, senior) di sebuah pesantren diGarut, dan K.H. Choer Affandi (alm.), Pemimpin Pondok Pesantren Manonjaya,Tasikmalaya. Jadi, tidak sampai sempat nyantri dalam arti sebenarnya(belajar di pesantren selama bertahun-tahun).[2]
        Apa yang diajarkan oleh kiyai yangsedang kondang ini sesungguhnya tidak jauh beda dengan apa yang telah diajarkanoleh para ulama terdahulu, tetapi kemasan yang beliau buat membuat orangmenilai bahwa hal itu adalah hal yang modern, disertai dengan gayapenyampaiannya yang ringan dan mudah ditangkap oleh kalangan masyarakat umum.
MenejemenQolbu atau menata hati ini dapat dijelaskan secara singkat bagaimana pandanganAa Gym, misalkan.
Berangkatdari keluhan Imam Syafi’i kepada gurunya mengenai hati yang dapat diterangioleh ilmu, Aa Gym menjelaskan bahwa ilmu itu tidak akan menerangi hati yangkeruh dan banyak maksiatnya. Karenanya, banyak orang yang rajin mendatangimajelis-majelis ta’lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap sajaburuk. Padahal kalau hati kita bersih, katanya, ia ibarat gelas yang bersihdiisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisigelas. Walhasil, bila menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal salih,maka harus diusahakan ketika menimbanya dengan hati yang selalu dalam keadaanbersih. Hati yang bersih, lanjutnya, adalah hati yang terbebas dari ketamakanterhadap urusan duniawi dan tidak pernah digunakan untuk menzalimi sesama.Semakin bersih hati, akan semakin dipekakan pula oleh Allah Swt untuk bisamendapatkan imu yang bermanfaat dari manapun ilmu itu datangnya. Di sampingitu, akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawanyakepada kemadlaratan.[3] Sehingga kita akan memperoleh hatiyang selalu bercahaya.[4] Untuk memperoleh hati yang bersih danselalu bercahaya ini maka kita harus selalu menata hati,[5] memperindah hati[6] dan menghidupkan hati nurani[7] dengan cara menjaga pandangan,[8] menjaga lisan,[9] memelihara perut[10] dan memilih pergaulan[11] sehingga kita akan memperoleh hatiyang selamat.[12]
      Pada langkah-langkah selanjutnya AaGym bukan hanya berkiprah pada bagaimana menggunakan hati nurani, menejemenhati, untuk membentuk akhlak saja, tetapi juga pada bagaimana menggunakan hatinurani dalam berbisnis. Bahkan akhir-akhir ini beliau mendengungkan bagaimanaberpolitik dengan hati nurani yang bersih dan selamat.
            Memperhatikan sepak terjang Aa Gym,memang patut diajungkan jempol, karena dengan memoles dan menampilkan wajahbaru dalam pembinaan akhlak tersebut, kembali diharapkan moral bangsa kita yangsedang mengalami krisis ini mengalami perbaikan, apalagi ternyata modelpembinaan akhlak yang dilakukan oleh Aa Gym tersebut diterima oleh semuakalangan, bahkan bukan saja oleh umat Islam tetapi juga di luar Islam itusendiri. Karenanya dengan berdasar itu kami memasukkan metode beliau sebagaimetode modern. Inilah alasannya.

2.     Metode Zikir

        Metodezikir ini adalah metode yang dikembangkan oleh K.H. Arifin Ilham, seorang kiyaimuda yang mempunyai suara serak sebagai ciri khasnya, melalui majelis zikirnyadi Jakarta.
      Tidak berbeda dengan K.H. AbdullahGymnastiar, apa yang dilakukan oleh K.H. Arifin Ilham ini sesungguhnya jugasudah dikembangkan oleh para ulama terdahulu, terutama oleh para ahli tasawuf,sufi. Tetapi Ustadz Arifin, begitu biasanya beliau dipanggil, berhasilmembangkitkan dan menggairahkan kembali zikir yang mulai ditinggalkan umat ini,dengan metode zikir berjama’ah, walau ada ulama yang kurang setuju dengan zikirberjama’ah ini, tetap saja beliau diminati oleh umat terutama yang mulai sadarakan kekeringan hati dan kegundahan jiwanya.

3.     Metode Nasyid

Indahnya pabila kau tahu
Allahtiada akan membiarkanmu
Meskipundi hatimu tiada menginsafi
Dikaudisayanginya dikau milik-Nya
Kalimah-Nyaimanmu
Hidayahharapanmu
Dikaumusafir dalam kehidupan
Keranaitu kau perlukan
Bantuan-Nyadan jua hidayah-Nya nikmat
Dicurahkan-Nyauntukmu
Meskipundirimu tiada bersyukur
Tiadakau takuti siksa api neraka
Yangbakal menimpa mereka yang derhaka
Pintalahselalu pengampunan-Nya
Pohondari-Nya hidayah dan cinta-Nya
Pastikau akan bahagia
Pastikau kan bahagia
Bahagiaselamanya[13]

Itulahsalah satu syair nasyid dari kelompok Brothers yang kalau diperhatikan betapasangat dalam dan bermakna sekali ajaran yang disampaikan oleh mereka lewatsyair nasyidnya itu. Di sana dapat ditangkap maksud yang ingin disampaikan olehmereka itu, salah satunya adalah tentang taubat atas segala dosa, memohonhidayah dan bantuan Allah Swt, dan mensyukuri segala nikmat yang telahdianugerahkan-Nya, sehingga akan mencapai atau mendapatkan kebahagiaan yangkekal, selamanya.
Kalaudiperhatikan syair di atas nampaknya apa yang disampaikan oleh Brothers adalahmaqam taubat dalam tasawuf, dan yang lainnya yang berkaitan dengan akhlaktasawuf.
Brothersadalah salah satu grup nasyid dari negeri jiran, Malaysia. Di mana diMalaysia-lah awal mula munculnya grup nasyid yang kini sedang semarak, dimulaidengan munculnya grup Qatrun Nada, nasyid dari jama’ah Darul Arqam yangdilarang penyebarannya di Indonesia itu. Pada mulanya nasyid yang dibawakanoleh Qatrun Nada itu tidak menggunakan musik, tetapi pada perkembanganselanjutnya, grup Qatrun Nada yang terpecah, dan bahkan kini bermunculan telahmenggunakan musik sebagai pengiringnya, mulai dari warna musik rebana, pop,solo, qasidah, rok sampai kepada musik ref kini pun telah ada.
DiIndonesia, mungkin salah satu grup nasyid yang ada misalnya adalah The Fikr,grup nasyid yang ada di bawah asuhan Aa Gym.
Selainwarna musik yang kini telah berkembang, syair pun kini merambah pada persoalanyang lain, bukan hanya melulu berkaitan dengan pembinaan keimanan, akhlak sajatetapi merambah juga kepada persoalan yang dihadapi khususnya oleh kaum mudahanya memang di sana tidak terlepas dari penanaman nilai-nilai agama, inilahyang membedakan dengan musik dan syair lain. Syair The Fikr berikut inimisalnya :

Mencintai dicintai fitrah manusia
Setiapinsan di dunia akan
Merasakannya
Indahceria kadang merana
Itulahrasa cinta
            Berlindunglah pada Allah dari cintapalsu
            Melalaikan manusia hingga berpalingdari-Nya
            Menipu daya dan melenakan
            Sadarilah wahai kawan
Cintaadalah karunia-Nya
Biladijaga dengan sempurna
Resahmenimpa gundah
Menjelmajika cinta
Takdipelihara
            Cinta pada Allah, cinta yang hakiki
            Cinta pada Allah, cinta yang sejati
            Bersihkan diri gapailah cinta
            Cinta ilahi
Utamakanlahcinta pada-Nya
Terjagalahamalan kita
Binalahslalu cinta ilahi
Hidupkita ‘kan bahagia

        Tidak dapat dipungkiri kalau manusiasekarang khususnya kaum muda sangat gemar sekali dengan dunia hiburan, terutamamusik, karenanya diperlukan musik alternatif yang bermutu dan membina keimanandan akhlak kaum muda kita, dan salah satunya adalah nasyid. Itulah alasan kamimemasukan nasyid sebagai salah satu metode pembinaan akhlak tasawuf di zamanmodern ini. Apalagi ketika kami perhatikan ternyata ada perbedaan perilakuantara mereka yang mengkonsumsi nasyid dan yang tidak. Mereka yang mengkonsumsinasyid jauh lebih Islami dan berakhlak luhur.

4.     Metode Mabit

      Mabit(Malam Bina Iman dan Taqwa) pertama kali kami[14] kenal, ketika kami mengikuti kegiatanini untuk pertama kalinya di Masjid Pusdai (Pusat Dakwah Islamiyah) Bandung.Awalnya kami tidak tahu seperti apa sih kegiatan dari mabit itu. Kegiatan mabittersebut dimulai dari sejak waktu Maghrib tiba dengan mengadakan shalat Maghribberjama’ah, tadarus al-Qur’an sampai waktu Isya, lalu shalat Isya berjama’ah,yang setelahnya diadakan diskusi, bedah buku atau ceramah sampai pertengahanmalam, dan istirahat/tidur. Pada sepertiga terakhir para jama’ah dibangunkanuntuk shalat malam, tahajud diselingi dengan renungan. Pada saat-saat renunganitulah kami merasakan adanya pembinaan akhlak dengan masuk melalui maqamtaubat, bahkan dengan renungan seperti itulah yang kami rasakan lebih menyentuhhati dan menggugah ghirah keIslaman kita. Inilah alasan kami memasukkan metodemabit ini sebagai salah satu metode pembinaan akhlak tasawuf di zaman modernini.

5.     Metode Harakah

        Metodeharakah yang kami masukkan ke dalam pembinaan akhlak tasawuf adalah Jama’ahTabligh, karena pada saat ini Jama’ah Tabligh-lah yang kami rasa lebih dekatkepada akhlak tasawuf yang dimaksudkan di sini dibandingkan dengan yang lainterutama harakah yang muncul baru-baru ini.
       Sejak kami[15] lahir sampai tamat SMP, kami hidupdalam lingkungan NU. Pada waktu SMA kami masuk pada sekolah Muhammadiyah, disana kami berkenalan dengan kelompok Salafiyah dan Negara Islam Indonesia. Padatahun 1996 melanjutkan ke perguruan tinggi di Bandung, di sana-lah kami masukgerakan Negara Islam Indonesia, walau hanya sebentar dan tidak aktif. Setelahitu kami berkenalan dengan Jama’ah Tabligh dengan ikut khuruj 3 hari. Selainitu kami juga sering berdiskusi dengan kelompok Hizbut Tahrir. Dari pergumulanitulah kami mengambil kesimpulan bahwa Jama’ah Tabligh-lah yang lebih dekatkepada pembinaan akhlak tasawuf yang kita bahas sekarang ini.
       Mustofa Hasan, Alumni UniversitasIslam Madinah al-Munawarah dan rector Universitas al-Muhammadiyah khusus untukwanita 1-86, Kashmir Road, Ghulam Mohd. Abad. Faishol Abad, menjelaskan tentangdirinya dan Jama’ah Tabligh. Bahwa setelah beliau menyelesaikan studi diMadrasah Deoband, Mendapat al-Syahadah al-Alamiyah di Universitas Khairal-Madaris, Multan Pakistan pada tahun 1382 H. Kemudian beliau mengajar dibeberapa Pesantren antara lain: Sahiwal, Faishol Abad, Jehlem, Rawalpindi danIslamabad. Hubungan beliau dengan Amir Jama’ah Tabligh di Pakistan, H. BasyirAhmad rahimahullah, cukup rapat, tetapi beliau belum tahu kepentingan aktifitasjama’ah ini. Sampai akhirnya Allah Swt memberi kehormatan kepada beliau untukdapat diterima di Fakultas Da’wah dan Ushuluddin, Universitas Islam Madinahal-Munawwarah. Pada hari ketiga dari diterimanya beliau di Universitas Islam,beliau dan seluruh mahasiswa asal Pakistan diundang oleh Syaikh Sa’id Ahmad keMasjid al-Nur. Beliau telah menerangkan kepentingan usaha yang agung ini. Darisejak itulah ucapan Syaikh Sa’id begitu berkesan di hati beliau dan beliaumendapat kesempatan untuk melihat jama’ah ini dari dekat.[16]
        Pada tahun 1395 H. beliau mendapatkesempatan untuk khuruj fisabilillah selama 40 hari ke Sudan. Beliau menjaditahu bahwa mereka adalah orang-orang yang hatinya telah terbakar oleh kesedihandan kerisauan yang dalam karena melihat keadaan umat Islam di hari ini. Dalamkerja besar ini mereka tidak mempunyai kepentingan-kepentingan dantujuan-tujuan pribadi. Dan karena keikhlasan dan kesungguhan mereka dalamda’wah. Allah Swt telah memberikan hidayah kepada banyak hamba-hamba-Nya.
      Setelah tamat dari fakultas Da’wahdan Ushuluddin di Universitas Islam Madinah al-Munawwarah beliau menjadi tenagada’i dari Lembaga Riset Ilmiyah, Fatwa, Da’wah dan Bimbingan Islam diMauritania kemudian di negeri Bahrain dan bekerja di sana selama 12 tahun.Dalam masa itu, beliau telah mengunjungi banyak negara. Menurutnya, beliaubelum pernah melihat pengaruh jama’ah manapun yang menyamai pengaruh Jama’ahTabligh. Dan karena takut dari pengaruh jama’ah ini, sebagian orangmenentangnya dan melemparkan tuduhan-tuduhan yang berbahaya. Tetapi karenakeikhlasan mereka, Allah Swt selalu menolong dan membela mereka dengan bantuangaib-Nya.[17]
        Syaikh Abu Bakar Jabir bin Alial-Jazairy menjelaskan tumbuhnya Jama’ah ini, katanya, pada periode ketiga dariabad ke 13 H, di Delhi, ibu kota India, dengan pertolongan Allah Swt tumbuhlahJama’ah Tabligh melalui usaha Syaikh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismailal-Kandahlawy didorong oleh apa yang telah menimpa umat Islam di sebagian besarnegeri-negeri mereka berupa kebodohan, kefasikan, kerusakan dan lainsebagainya. Keadaan di mana umat Islam benar-benar meniru (tingkah laku)jahiliyah yang pertama. bahkan di banyak negeri peniruan mereka hampir-hampirsempurna. Sungguh ini adalah kerusakan dalam aqidah, kebodohan tentang ibadah,kesesatan fikiran dan penyakit jiwa, di negeri-negeri Islam, karena tertimpakebodohan tentang Islam dan syari’atnya, kembali kepada penyembahan berhalaHindu dengan harapan dapat menyelamatkan siapa yang Allah kehendaki darikebodohan tentang Islam dan syari’at-syari’atnya, sehingga ia mengetahui,beramal dan selamat, serta mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan. Sebab tidakada keselamatan, kesempurnaan dan kebahagiaan tanpa ilmu tentang Islam dansyari’at-syari’atnya baik lahir maupun batin.[18]
        selanjutnya Syaikh Abu Bakar Jabirbin Ali al-Jazairy menjelaskan metode yang digunakan oleh jama’ah ini yangmemuat enam materi dan disebut dengan enam sifat, yaitu:

a.    Mewujudkan hakikat syahadat. Yakni dengan beribadah kepadaAllah Swt sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw, yang berupaamalan-amalan ibadah, macam-macam ketaatan dan taqarrub.
b.     Shalat yang khusyu dan khudlu. Yakni menegakkan shalat,dengan menyempurnakan rukun-rukun dan wajib-wajibnya. Kekhusyu’an sangatditekankan untuk menjadikannya pencegah perbuatan keji dan mungkar. Banyakorang, shalat mereka tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar karenaketiadaan khusyu dan khudlu didalamnya.
c.  Ilmu yang disertai dengan zikir. Yakni mempelajari ilmu yangdiperlukan dan beramal dengannya. Itulah yang dimaksud dengan zikir. Beramaldengan ilmu adalah zikir dan beramal tanpa ilmu adalah penyimpangan dankelengahan. Kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat dandoa yang tidak dikabulkan.
d.     Memuliakan saudara Muslim. maksudnya adalah mengembalikanharga diri saudara muslim yang telah hilang sejak lama, dimana seorang muslimmenjadi musuh kepada saudaranya. Ia (tega) memukul badan saudaranya,menyesakkan nafasnya, merampas hartanya, menjatuhkan kehormatannya. Iamenzinahi ibunya, saudaranya, bibinya. Dan ini terjadi di negeri muslim.memuliakan saudara muslim adalah menghormatinya dan mengangkat harga dirinya.Hal ini adalah dengan menolak/menjauhkan gangguan dari padanya danmempersembahkan kebaikan kepadanya sesuai dengan kemampuan kita sebagaimanusia. Kaum muslimin telah benar-benar kehilangan kehormatan ini semenjaklama, kecuali yang masih tersisa sedikit dan sangat jarang, sesuatu yang jarangtidak layak untuk diperhitungkan.
e.      Mengoreksi niat. Maksudnya adalah hendaklah seorang muslimmeniatkan seluruh amalnya untuk mendapatkan ridlo Allah Swt. Itulah keikhlasanyang disebutkan dalam al-Qur’an dan ditegaskan oleh sunnah Rasulullah Saw.
f.    Da’wah ilallah dan keluar di jalan Allah. maksud dari da’wahilallah adalah menda’wah manusia kepada iman kepada Allah, dan beramal denganmentaati Allah dan Rasul-Nya yang perintah-perintahnya tertera jelas dalamal-Qur’an dan al-Sunnah agar seorang hamba menjadi sempurna dan bahagia didunia dan di akhirat.[19]

      Setelah mereka membangun metode ini,memastikan kelayakannya dan menyelidiki daya gunanya, mereka mencari jalanuntuk menerapkan dan melaksanakannya. Sehingga metode tersebut dari bentuk danteori terwujud menjadi penerapan dan amal. Yakni dengan jalan :

a.     Masjid sebagai pusat utama da’wah.

       Dalamrangka taat kepada pemimpin para da’i, Muhammad Saw yang begitu sampai dikampung Bani Auf, di Quba langsung membangun Masjid Quba untuk (kepentingan)da’wah. Dan begitu unta beliau berhenti pada suatu tempat, di kampung BaniNajjar, beliau langsung merancang dan membangun masjid untuk kepentinganda’wah. Maka jama’ah ini menjadikan masjid sebagai pusat da’wah mereka. Darimasjid ke masjid. Masjid yang dijadikan pusat da’wah mereka adalah Masjidal-Nur untuk menimbulkan opotimisme dalam diri. Nama ini sangat sesuai dengankenyataannya.
        Masjid-masjid dalam Islam adalahpusat-pusat cahaya dan penerangan. Karena disanalah dipelajari ilmu,disucikannya ruh dengan ibadah-ibadah baik berupa shalat, zikrullah, do’a,tilawat al-Qur’an dan lain sebagainya. Di dalamnya didapatkan adab-adab danpendidikan akhlak. Dengan demikian masjid akan senantiasa membimbing seseorangkepada sifat-sifat tidak banyak bicara, perangai yang baik, kesucian rohani,serta kebersihan badan dan pakaian sekaligus. Di masjidlah para mubalighberkumpul pada malam libur setiap minggu. Mereka menginap di sana denganmeninggalkan tempat-tempat tidur mereka, istri-istri mereka dan anak-anakmereka di rumah, agar lebih dapat berkonsentrasi dalam beribadah danbertaqarrub kepada Allah, di mana di lain pihak orang-orang lengah pada malamitu menggunakannya untuk permainan-permainan batil. Mereka hanya tidur setelahmendekatnya waktu Subuh dan terus tidur sehingga siang hari dengan tanpa shalatdan zikir.
    Pada malam i’tikaf mereka di masjiditu salah seorang yang memiliki kelayakan menyampaikan nasihat, mengingatkankewajiban-kewajibban mereka dan meminta supaya mereka berkorban di jalan Allahbeberapa waktu. Caranya adalah dengan mencatatkan nama-nama mereka dalam daftarorang-orang yang akan keluar di jalan Allah untuk berda’wah terhadaporang-orang yang lengah dan berpaling dari zikrullah dan ketaatan kepada Allahdan rasul-Nya. Supaya Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendakidengan sebab usaha mereka. Dalam hal ini mereka memandang kepada sabdaRasulullah Saw :

لأنْ ÙŠَـهْدِÙ‰ اللهُ بِـكَ رَجُـلاً Ùˆَاحِـدًا Ø®َÙŠْـرٌ Ù„َÙƒَ Ù…ِÙ†ْØ­ُـمُرِ النَّـعَÙ…ِ

   “Apabila Allah memberikan hidayah kepadaseseorang dengan sebab engkau, itu lebih baik dari pada engkau mendapatkan untamerah”.

       Sesudah shalat Subuh seseorang yangmemiliki kemampuan, karena pengalaman prakteknya yang lama dalam da’wah,menyampaikan petunjuk-petunjuk kerja da’wah kepada orang-orang yang telahmendaftarkan diri untuk keluar di jalan Allah sesuai dengan kesiapan waktu-waktumereka, sebab di antara mereka ada yang mendaftarkan diri untuk keluar di jalanAllah satu hari dan ada yang lebih. Petunjuk kerja da’wah yang disampaikan inimereka namakan “hidayah” yang berarti kesungguhan niat dan kesediaanuntuk terikat dengan adab-adab da’wah dalam perjalanan, diam di masjid,menjalin persahabatan yang baik dan benar-benar taat kepada Amir/ketuarombongan dari sejak berangkat hingga kembali. Sesudah selesai penyampaianhidayah, masing-masing rombongan berkumpul dengan amir mereka. Amir memberikanpesan-pesan supaya semua anggota rombongan sabar, taat dan memiliki niat yangbaik. Kemudian amir mengumpulkan ongkos/biaya mereka. Biaya ini hanyalah biayakeberkahan dan tidak dilihat dari jumlahnya. Ini karena sifat zuhud menyertainilai ongkos yang sangat minim itu. Amir kemudian menunjuk dua orang untukmengusahakan alat transportasi. Pada saat menaiki kendaraan dalam perjalananmereka selalu membaca doa-doa safar, mempelajari ayat-ayat yang mudah darial-Qur’an, hadis-hadis tentang adab dan akhlak dan lain sebagainya. Apabilasampai di kota atau kampung tujuan, mereka segera menuju ke masjid. Sesudahshalat tahiyyat masjid, mereka berkumpul untuk bermusyawarah dalam rangkamengatur kerja-kerja da’wah selama 24 jam (dari pagi hari sampai pagi hariberikutnya). Kerja-kerja da’wah mencakup hal-hal berikut ini :

1.     Menyiapkan konsumsi dengan ditunjuk dua atau tiga orang.
2.   Mengatur waktu untuk mengunjungi imam masjid, kantor polisi,aparat pemerintah baik kepala desa, camat dan lain-lain, tokoh masyarakat.Mereka menginginkan dengan kunjungan-kunjungan ini timbulnya kasih sayang dankesatuan hati serta untuk menghilangkan keragu-raguan, sekaligus melaksanakankewajiban untuk hormat kepada para penanggung jawab (masyarakat).
3.    Pengenalan rombongan kepada mushollin/jama’ah masjiddilakukan setelah shalat zuhur. Mereka mengenalkan diri bahwa mereka adalahsaudara-saudara muslimin yang terikat oleh persaudaraan Islam. mereka datangbukan untuk mencari keuntungan dunia, tetapi semata-mata karena ingin mengunjungikaum muslimin, berkenalan dan mewujudkan saling kasih sayang di antara merekadan meminta mereka untuk keluar di jalan Allah dalam rangka mengingatkan danmembersihkan jiwa. Yakni mengingatkan manusia akan kebesaran Allah danmembersihkan jiwa dengan ketaatan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya Saw.
4.     Ta’lim yang diadakan setelah salat Ashar kemudian tazkirtentang adab-adab jaulah dan satu jam sebelum Maghrib sebagian mereka keluaruntuk mengunjungi kaum muslimin di pasar-pasar, toko-toko, warung-warung, majlis-majlisdan rumah-rumah mereka untuk mengingatkan mereka akan kebesaran Allah danmeminta mereka agar hadir di masjid setelah salat Maghrib.

b.     Tata tertib Jaulah

    Diantara tata tertib Jama’ah Tabligh yang timbul dari metode da’wahnya, merekamenentukan amir (ketua), dalil (petunjuk jalan) dan mutakallim (pembicara)dalam jaulah. Sementara mereka keluar untuk melaksanakan jaulah, merekamenunjuk satu orang untuk berdo’a supaya Allah memberikan taufik dan kebaikandalam usaha da’wah mereka dan supaya Allah Swt menurunkan hidayahnya kepadakaum muslimin. Satu orang juga dipilih untuk menyambut orang-orang yang datangke masjid, menemani mereka dalam majelis, beramah tamah dan bermuzakarah untukmenciptakan keakraban hati di antara mereka.
    Sesudah salat Maghrib salah seorangmenyampaikan pengumuman tentang akan diadakannya mau’idhoh (penyampaiannasehat) sesuainya melakukan salat sunnah. Pengumuman diawali dengankalimat-kalimat berikut ini : “Sesungguhnya kejayaan dan kebahagiaan kitaadalah dengan taat kepada Allah sesuai dengan cara Rasulullah Saw”.Penyampaian ini mereka sebut sebagai pembicaraan agama dan iman. Sesudah salatIsya mereka membaca satu kisah atau lebih dari kitab “Hayat al-Shahabat”(Kehidupan para sahabat), supaya mereka yang keluar di jalan Allah tidak merasatelah berkorban besar dalam tenaga, waktu dan harta mereka. Dengan demikianmereka akan bertambah semangat untuk berkorban di jalan Allah dengan senanghati dan kerelaan jiwa.
        Sebelum makan dan tidur seorang diantara mereka mengingatkan adab-adab dan sunnah-sunnah yang berkaitan denganitu. Juga diingatkan tentang adab-adab masjid dan bagaimana seharusnya merekaketika berada di dalamnya. Ia anjurkan mereka untuk bangun malam danmasing-masing benar-benar melaksanakannya sesuai dengan kemampuan rohani danjasmaninya. Dan setengah jam sebelum Subuh tidak seorangpun di antara merekayang masih tidur. Selesai salat Subuh, mereka duduk dalam majelis untukmendengarkan mau’idhah kemudian mempelajari al-Qur’an, khususnya sepuluh suratdari surat al-Fil sampai al-Nas dan al-Fatihah, yang mereka anggap sangatpenting untuk dihafal oleh setiap muslim, apalagi yang keluar di jalan Allahuntuk berdakwah.
     Apabila matahari terbit dan naiksatu tombak, mereka pun melakukan salat Dhuha, kemudian sarapan pagi danistirahat kurang lebih satu jam, selanjutnya mereka bermusyawarah untukpengaturan program yang mencakup kegiatan 24 jam sampai esok hari. Inilah tatatertib Jama’ah Tabligh secara garis besarnya dan sedikit detail.

c.      Kedisiplinan

      Jama’ahTabligh memiliki aturan-aturan yang sangat mereka tekankan kepada siapa sajayang keluar di jalan Allah, agar dengan izin Allah, mereka mendapat manfaat danbermanfaat bagi orang lain. Yakni :

1.     Menjaga empat hal :
a.     Taat kepada amir (ketua rombongan)
b.     Berperan aktif dalam amal ijtima’I (program bersama)
c.      Sabar dan tahan uji
d.     Kebersihan masjid
2.     Menyibukkan diri dengan empat hal :
a.     Dakwah
b.     Ibadah
c.      Ta’lim
d.     Khidmat (melayani anggota-anggota rombongan dengan bekerjasama dengan mereka)
3.     Mengurangi empat hal :
a.     Keluar dari masjid
b.     Makan dan minum
c.      Tidur
d.     Pembicaraan yang sia-sia
4.     Menghindari empat hal :
a.     Berlebih-lebihan dalam segala hal sehingga melampaui batas(israf)
b.     Thama’ kepada milik orang lain (isyraf)
c.      Meminta kepada manusia
d.     Memakai barang milik orang lain tanpa izin
5.     Tidak membicarakan tentang empat hal :
a.     Masalah-masalah fiqh, supaya orang-orang yang di dakwahtidak lari dari kebenaran
b.     Masalah-masalah politik, agar usaha dakwah tidak terhambat
c.      Keadaan-keadaan jama’ah, sehinga tidak menyakitisaudara-saudara sesama muslim
d.    Perdebatan, supaya waktu tidak terhambur dalam kesia-siaandan supaya tidak menyakiti hati sesama muslim.

Pengaruh-pengaruhnyasebagai berikut :

1.     Tercapainya salat yang khusyu
2.    Terwujudnya syair-syair agama seperti hijab bagi wanita,memelihara janggut di kalangan laki-laki, tutup kepala dengan memakai sorbandan lain sebagainya.
3.     Hilangnya perbuatan-perbuatan syirik dan khurafat baik dalamucapan, perbuatan ataupun keyakinan (i'tikad)
4.    Terwujudnya kesediaan memenuhi dakwah kepada Tauhid danpengamalan al-Qur’an dan al-Sunnah. Mereka yang tinggal di Afrika Utara danEropa selalu mengikuti majlis-majlis taklim yang diadakan. Jama’ah inimempunyai ciri khas berpegang teguh dengan aqidah salaf, memerangi syirik,bid’ah dan kesesatan.

Sementaraitu Syaikh Yusuf bin ‘Isa al-Malahy menjelaskan bahwa mereka bukan orang-orangma’shum seperti pada da’i yang lain. Beliau mengharapkan kepada para aktifisdakwah dan para ulama untuk berbuat adil terhadap mereka, berterima kasihkepada mereka atas kebaikan-kebaikan yang telah mereka laksanakan, ataskesabaran mereka yang besar dan ketabahan mereka mengalami kesulitan-kesulitanyang berat dalam rangka dakwah ila Allah. hendaklah bekerja sama denganmereka dalam dakwah dan mengingatkan akan kesalahan-kesalahan yangkadang-kadang terjadi pada sebagian mereka, sesuai dengan perintah Allah Swt.[20] Rasulullah Saw bersabda,
“Agamaadalah nasehat”.Dikatakan: “Untuk siapa ya Rasulullah?” sabda beliau, “Untuk Allah,untuk kitab-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin secaraumum”. (H.R. Muslim).
“Seorangmukmin untuk mukmin yang lain laksana bangunan yang bagian-bagiannya salingmenguatkan”. Danbeliau menganyam jari-jari kedua tangannya.” (H.R. Bukhari Muslim).
“Permisalanorang-orang beriman dalam saling mencintai, saling menyayangi dan saling kasihdi antara mereka seperti satu jasad. Apabila salah satu anggota tertimpapenyakit maka seluruh anggota-anggotanya tidak dapat tidur dan demam”. (H.R. Bukhari Muslim).
“Seorangmukmin adalah cermin untuk saudaranya sesama mukmin”. (H.R. Abu Daud dengan sanad yangbaik).
SyaikhYusuf bin ‘Isa al-Malahy lebih lanjut menjelaskan bahwa jama’ah ini seringkalibertemu di Makkah, Madinah dan Riyadh. Kami senang sekali mendengar tentangmereka, kata beliau. Karena mereka suka memberi nasehat kepada hamba-hambaAllah, mendakwah kepada kebaikan dan mengutamakan kehidupan akherat, dan agarmanusia tidak cenderung kepada kesibukan-kesibukan dunia yang melalaikan merekadari perintah-perintah Allah Swt.
SyaikhMuhammad Ibrahim Aali Syaikh, Mufti Saudi Arabia dan Kepala Hakim padazamannya, lanjut beliau, telah lebih dahulu memandang baik dan memuji mereka.Beliau menyebutkan hal ini dalam surat-surat beliau kepada ulama-ulama al-Ahsa’dan daerah-daerah timur, dan juga pimpinan Jama’ah Tabligh di Madinah, SyaikhSaid bin Muhammad dan jama’ahnya. Beliau telah berwasiat agar merekaberhubungan baik dengan Jama’ah Tabligh. Beliau ingatkan bahwa tujuan merekaadalah menyampaikan nasehat dan bimbingan di masjid-masjid, menganjurkan untukmengamalkan al-Qur’an dan al-Sunnah disertai peringatan untukmenjauhi bid’ahdan khurafat antara lain penyembahan kepada kuburan, meminta kepada orang-orangyang sudah mati dan bentuk-bentuk lain dari bid’ah dan kemungkaran, kemudianbeliau berkata, “Saya menulis tentang mereka sebagai permintaan agar merekadapat dibantu oleh sesama saudara muslim dengan membolehkan mereka melaksanakankegiatan mereka itu, sambil memohon kepada Allah Swt agar mengaruniakan kepadamereka niat yang baik dan taufik untuk dapat berkata benar dan selamat daritergelincirnya ucapan, dan mudah-mudahan bimbingan dan penerangan merekabermanfaat. Sesungguhnya Allah Mahaberkuasa atas segala sesuatu”.
Selanjutnyabeliau menjelaskan, banyak saudara-saudara beliau yang dapat dipercaya yangtelah bergaul dengan mereka, dan mengadakan perjalanan bersama mereka keberbagai negeri dengan sabar dan semangat dalam dakwah ila Allah,bersaksi akan kebaikan mereka dan bagaimana banyak orang terkesan dan mendapathidayah karena usaha mereka. Maka, kata beliau, kewajiban bagi ahli ilmu daniman, para da’i kebenaran untuk berbuat adil dan bekerja sama dengan merekadalam kebaikan. Juga mengingatkan mereka dan para da’i yang lain akan kesalahanyang mungkin terjadi, demi mengamalkan al-Qur’an dan al-Sunnah.

Demikiantadi beberapa metode pembinaan akhlak modern. Sebenarnya masih banyak metodeyang sekarang sedang ramai dan bermunculan, tetapi kami mencukupkannya denganmetode-metode yang telah diuraikan diatas, karena sesungguhnya pada dasarnyametode-metode tersebut sama dengan metode-metode zaman dahulu, hanya sajadiperbaharui – salah satunya – namanya saja.


Wallahu A'lam

[1] Perhatikan misalnya dari salah satu karyanya, K.H. AbdullahGymnastiar dan Basyar Isya. Bening Hati: Menjadikan Hidup Tentram, Nyamandan Lapang. (Bandung: MQS Pustaka Grafika. 2001). Cetakan I.
[2] K.H. Abdullah Gymnastiar dan Basyar Isya. MuslimPrestatif: Men-sinergi-kan Keunggulan Harmoni Dzikir-Fikir-Ikhtiar.(Bandung: MQS Pustaka Grafika. 2002). Cetakan I. hal. 5.
[3] K.H. Abdullah Gymnastiar dan Basyar Isya. Bening Hati …hal. 23-40.
[4] Ibid. hal. 32-40.
[5] Ibid. hal. 41-49.
[6] Ibid. hal. 50-56.
[7] Ibid. hal. 57-64.
[8] Ibid. hal. 73-80.
[9] Ibid. hal. 81-86.
[10] Ibid. hal. 87-92.
[11] Ibid. hal. 93-99.
[12] Ibid. hal. 65-72.
[13] Brothers. “Cinta Allah”. dalam Album Kompilasi.
[14] Yang dimaksud kami di sini adalah M. Rosyid Anwar
[15] Yang dimaksud kami di sini adalah M. Rosyid Anwar
[16] Mustofa Hasan. “Pengantar”. dalam Syaikh Abdul Aziz binAbdullah bin Baz, dkk. Menyingkap Tabir Kesalahfahaman terhadap Jama’ahTabligh. Diterjemahkan oleh Ahmad Najib Mahfudh Lc. (t.t.p.: t.p. t.t.).hal. ii-iii.
[17] ibid. hal. iii-iv.
[18] ibid. hal. 1-2.
[19] Ibid. hal. 2-5.
[20] Ibid. hal. 1; dan perhatikan Q.S. al-Baqarah, [2]: 85;al-‘Ashr, [103]: 1-3; dan al-Nahl, [16]: 125.
Read more ...
Designed By