Breaking News

Sabtu, 19 November 2011

Santri Al Hikmah, Teruskan Perjuangan Abahmu


Seluruh alam berduka, menangis karena ulama yang menyangga bumi wafat satu persatu. Sudah seringkali kita ditinggal pergi oleh mereka yang selama ini kita anuti, hari ini 20 November 2011, Abah Masruri Abdul Mughni wafat meninggalkan kita. Meninggalkan berjuta-juta kenangan yang selama ini membekas di hati kita.

Peristiwa wafatnya Beliau memang telah membuat kita merasa terpukul, salah satu ulama salaf yang selama ini sudah turut banyak mendidik kita semua. Namun, di balik semua itu akan ada peristiwa lain yang lebih berat, para ulama lainnya akan segera menyusul Beliau. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673).


Semua itu sudah diramalkan oleh Kanjeng Nabi.
 Glek….. baru baca pembukannya saja kita sudah menelan ludah, entah berdecak kagum, heran, atau tidak mengerti maksud dari artikel di atas.

Eitt…. Jangan kabur dulu… yang muda, come on!!! Artikel ini bukan untuk  mengajak kita untuk terus bersedih atas wafatnya Beliau, bukan pula untuk mengajak kita tenggelam dalam suasana duka. Artikel ini hanya ingin mengajak kita untuk bersiap menghadapi hari esok, karena apa? Karena para generasi tua sudah mulai dipanggil Allah satu persatu, hanya generasi muda yang tersisa (generasi tua: ulama, generasi muda: santri; red).

Sepertinya pembicaraan mulai serius, mode serius on.

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah karena di depan kita terdapat banyak sekali deretan generasi sepuh atau dalam bahasa kerennya “the sunset generation” yang tidak pernah lelah dalam berjuang menghidupi agama ini, dan kita hanya diam. Padahal sudah cukup bukti kalau sebentar lagi para generasi tua kan meninggalkan kita. Ketika generasi tua kian habis, kepada siapa lagi kita berharap kalau bukan kepada generasi muda?

Lalu, bagaimana caranya untuk meneruskan perjuangan para generasi tua?
Kalau sudah seperti itu, pasti jawabannya tidak jauh dari dua kata: rajin belajar. Tapi belajar yang rajin saja tidak cukup, harus diikuti dengan mental juara. Karena hidup itu sama halnya dengan pertandingan, ada saatnya kita menang dan ada saatnya kita kalah. Tidak mungkin kita akan selalu mendapatkan kesuksesan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk uji mental adalah dengan berkompetisi, tidak perlu berkompetisi jauh-jauh mendaki gunung slamet, misalnya.

Kalau kita sudah rajin belajar terus punya mental juara, tentu mereka para generasi tua akan ikut bangga kepada kita, dan abah Masruri akan tenang di alam sana melihat kita mampu untuk meneruskan perjuangan Beliau dalam menghidupi agama ini.

Jangan pernah takut, karena di setiap langkah kita dalam meneruskan perjuangan Beliau, kita kan selalu ditemani dengan kasih sayang dari Beliau yang tak akan pernah habis. Setiap senyuman yang kita berikan kepada mereka yang membutuhkan adalah senyuman yang selama ini Beliau berikan kepada kita. Setiap langkah yang kita lakukan, adalah langkah Beliau yang tak pernah lelah membimbing kita. Setiap keringat kita yang keluar, adalah keringat Beliau yang harumnya bak kasturi. Setiap perjuangan yang kita lakukan, adalah perjuangan Beliau yang selalu sabar dalam mendidik kita.

Mungkin terlihat berlebihan, tetapi itulah fakta yang ada. Di alam sana, abah kan tetap menemani kita, mendukung kita, berharap bahwa di antara kita akan ada santri yang tumbuh menjadi ulama baru, yang meneruskan perjuangan para ulama salaf. Dan inti yang paling penting adalah bahwa kita ini (baca:generasi muda) harus bisa memaksimalkan kemampuan kita demi agama yang tercinta ini, jangan sampai kita acuh tak acuh. Dulu, Kanjeng Nabi Muhammad pernah menangis gara-gara “lunturnya semangat para generasi muda dalam menghidupi agama ini”. So, yang muda, come on…!!! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By